Aksi Bersih Sampah Di Hutan Mangrove, Bentuk Kepedulian Terhadap Lingkungan

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Kegiatan aksi bersih dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 di Hutan Mangrove, Kelurahan Margo Mulyo, Balikpapan merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Kegiatan ini melibatkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, DLH Provinsi Kalimantan Timur, PT Pertamina serta komunitas dan masyarakat setempat.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, Fitri Harwati mengatakan, aksi bersih sampah ini merupakan wujud kepedulian terhadap lingkungan. Serta bentuk nyata kolaborasi dalam menjaga kawasan mangrove tetap bersih dan lestari.
“Kita ingin menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kebersihan kawasan mangrove adalah tanggung jawab kita semua. Sampah yang ada di perairan ini bukan hanya berasal dari sekitar. Tetapi juga terbawa arus laut dari tempat lain,” ujarnya, Kamis (27/2/2025).
Dalam aksi bersih yang dilakukan, ditemukan bahwa sebagian besar sampah yang mengotori kawasan mangrove adalah sampah anorganik, terutama plastik. Meski DLH Balikpapan telah memiliki program pembersihan harian. Kondisi ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam pola pengelolaan sampah.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024, komposisi sampah di Balikpapan didominasi oleh sisa makanan (42,3%), diikuti oleh plastik (7,2%) dan kertas atau karton (10,26%). Sumber utama sampah di kota ini berasal dari rumah tangga, yang menyumbang sekitar 70,32% dari total produksi sampah. Termasuk peningkatan pengawasan terhadap pelaku usaha yang berkontribusi dalam produksi sampah.
Fitri Harwati juga menyoroti pergeseran fokus dari ekonomi hijau (green economy) menuju ekonomi biru (blue economy. Yang menekankan pengelolaan laut dan sumber daya pesisir, termasuk ekosistem mangrove.
“Ekonomi biru menuntut kita untuk mengelola laut dengan lebih baik, dan mangrove adalah bagian penting dari ekosistem ini. Kita perlu menjaga keberlanjutannya untuk mendukung lingkungan dan ekonomi masyarakat sekitar,” jelasnya.
Selain aksi bersih, kegiatan ini juga menjadi ajang edukasi bagi masyarakat dan pelajar yang hadir. Fitri Harwati menambahkan,. edukasi lingkungan bukan hanya tanggung jawab DLH, tetapi harus melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Termasuk Dinas Kesehatan yang memiliki program Kota Sehat, di mana aspek lingkungan seperti kualitas air, udara, dan pengelolaan sampah menjadi salah satu kriterianya,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu dijelaskan juga, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar diperkirakan akan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2029. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ini, termasuk penyusunan roadmap percepatan penyelesaian pengelolaan sampah yang harus disusun oleh setiap daerah paling lambat 13 Maret 2025.
Aksi bersih mangrove ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan serta bersama-sama menciptakan kawasan yang bersih, indah, dan berkelanjutan.
Kegiatan HPSN di Balikpapan dilaksanakan dengan berbagai kegiatan mulai dari pengangkutan sampah pesisir, penanaman mangrove, hingga penyerahan bantuan berupa gerobak sampah kepada masyarakat yang merupakan bantuan dari PT Kilang Pertamina Balikpapan. Total sampah mangrove yang terkumpul dalam kegiatan ini sebanyak 1,3 ton.
Kota Balikpapan sendiri menaruh perhatian besar pada kebersihan kawasan pesisir dan mangrove, meskipun dihadapkan pada berbagai kendala.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, Sudirman Djayaleksana mengatakan, DLH Kota Balikpapan telah menugaskan petugas khusus untuk menangani sampah di wilayah pesisir dan hutan kota, termasuk kawasan mangrove.
“Untuk pesisir, kami menempatkan 80 petugas, dengan rincian 60 orang tersebar di 10 kelurahan pesisir dan 20 orang lainnya di kampung atas air. Sementara untuk kawasan mangrove, terdapat dua petugas lapangan yang dibantu oleh satu pengawas,” jelasnya.
Sudirman menambahkan, keterlibatan perusahaan yang beroperasi di sekitar kawasan mangrove sangat diperlukan. Pasalnya, masih ada perusahaan yang belum menunjukkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
“Memang ada sebagian kecil perusahaan yang sudah berpartisipasi dalam menjaga kawasan mangrove, tetapi sebagian lainnya masih perlu didorong untuk berkolaborasi lebih aktif,” jelasnya.
Dikatakannya, DLH Balikpapan bersama pemerintah provinsi terus melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang berbatasan langsung dengan kawasan mangrove.
“Sejauh ini, ada beberapa laporan dari masyarakat terkait dampak aktivitas industri terhadap mangrove. Jika ditemukan pelanggaran, kami mengenakan sanksi administratif, seperti kewajiban menanam ulang mangrove yang terdampak. Namun, jika terbukti ada perusakan mangrove yang disengaja, sanksinya bisa lebih berat,” tukasnya.
Dengan adanya kegiatan bersih-bersih ini, diharapkan kesadaran masyarakat dan dunia usaha terhadap pengelolaan sampah semakin meningkat. Sehingga kelestarian lingkungan di Balikpapan tetap terjaga.
BACA JUGA