Angka Kemiskinan Turun, Dinsos Susun SOP Rehabilitasi Anjal
Balikpapan, Gerbangkaltim,com – Pemkot Balikpapan melalui Dinas Sosial (Dinsos) mencatat angka kemiskinan di Kota Balikpapan di Tahun 2023 mencapai sebanyak 51.648 Kartu Keluarga (KK) atau 121.242 jiwa. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Tahun 2022 lalu.
Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Balikpapan, Edy Gunawan mengatakan, angka kemiskinan di Kota Balikpapan di Tahun 2023 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.
“Salah satu penyebab dari tingginya angka kemiskinan di Kota Balikpapan lantaran disebabkan dengan adanya pandemi Covid-19,” ujarnya, Rabu (13/7/2023).
Dikatakannya, dimana pada saat terjadinya Covid-19, banyak perusahaan yang melakukanPemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawannya.
“Tahun 2023 ini angka kemiskinan di Balikpapan mengalami penurunan dari tahun kemarin. Karena saat ini, perekonomian juga sudah mulai normal lagi. Dimana tahun 2022 lalu, angka kemiskinan di Kota Balikpapan tembus mencapai sekitar 60 ribuan KK. Kalau di tahun 2023 ini, mencapai 51.648 KK,” jelasnya.
Edy menambahkan, Kota Balikpapan sampai saat ini masih dalam kondisi aman terkendali, dari adanya kemiskinan ektrem. Termasuk dengan mengentaskan kemiskinan ini, pihaknya juga menerapkan penanganaan masalah Anak Jalanan (Anjal) pasca penertiban.
“Kami akan rencang aturanya, seputar bagaimana penanganan dalam hal pengemis, anjal dan lain-lain,” tukasnya
Dan untuk pengemis dan anjal ini, katanya, Dinsos Balikpapan telah mempersiapkan tim gabungan, untuk memberikan rehabilitasi bagi anak sesuai SOP (Standar Prosedur Operasional).
“Jadi ini juga salah satu shok terapi bagi mereka. Kalau tidak, itu akan berjalan terus,” tegasnya.
Data Dinsos Balikpapan, persebaran Anjal selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Sejak 2021 Dinsos Balikpapan menjaring tiga Anjal. Kemudian di tahun 2022, jumlah Anjal yang ditertibkan mencapai 27 orang.
Menurutnya, pola asuh anak dan himpitan ekonomi menjadi faktor munculnya fenomena Anjal di Kota Balikpapan.
“Selain itu, karena orang tua yang terlalu memberi kebebasan kepada anak. Atau memang karena kondisi ekonomi tadi, sehingga orang tua melakukan eksploitasi anak, kemudian muncul lah Anjal,” paparnya.
Sedangkan untuk perumusan regulasi, katanya, akan dibentuk pasca dilakukan penertiban, yang kemudian ditampung di tempat penampungan atau dititipkan di Panti Asuhan yang ada di Kota Balikpapan.
“Atau di kirim ke Samarinda. Di sana ada sekolah khusus yang bisa menampung Anjal yang masih sekolah,” ujarnya.
“Tapi bagi Anjal yang sudah tidak sekolah, akan diarahkan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuan supaya bisa berkarya,” tambahnya.
Demikian Edy berharap, agar perusahaan swasta kerap bisa mengambil peran menjadi orang tua asuh.
“Untuk membantu mengangkat derajat dan memberi hak-hak anak. Jadi perusahaan terlibat langsung, ini juga salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan,” tutupnya.
BACA JUGA