Antisipasi ASF Jelang Nataru, BBKHIT Perketat Pengawasan

Karantina
Balai Besar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BBKHIT) Kalimantan Timur (Kaltim) meningkatkan pengawasan terhadap lalulintas media pembawa, baik hewan, ikan, maupun tumbuhan, menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Selasa (24/12/2024).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Balai Besar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BBKHIT) Kalimantan Timur (Kaltim) meningkatkan pengawasan terhadap lalulintas media pembawa, baik hewan, ikan, maupun tumbuhan, menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.

Dimana salah satu fokusnya adalah pengawasan dan pencegahan penyebaran Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) dengan melakukan sosialisasi di Pelabuhan Semayang Balikpapan hingga Pelabuhan Rakyat di Kelurahan Maridan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Selasa, (24/12/2024).

Ketua Tim Kerja Penegakan Hukum Balai Besar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Kaltim Uswatun mengatakan, pengawasan tidak hanya difokuskan pada daging babi, tetapi juga media pembawa lainnya.

“Dalam kegiatan ini kami menekankan sosialisasi terkait ASF yang sedang mewabah di Indonesia, terutama di Nabire, Papua Tengah. Di Kalimantan, kasus ASF sempat terjadi beberapa bulan lalu, tetapi saat ini sudah terkendali,” ujarnya.

Daging babi illegal banyak masuk dari Palu

Dikatakan Uswatun, ASF telah berdampak signifikan pada peternakan babi di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 2023 lalu, dimana ada satu peternakan besar terpaksa ditutup akibat terjangkit virus ini.

“ASF menyebabkan habisnya stok babi di peternakan lokal, sehingga banyak daging ilegal masuk dari Palu. Untuk itu, kami juga mengendalikan masuknya daging ilegal melalui pelabuhan Kariangau dan Semayang,” jelasnya.

Diakuinya, wabah ASF ini menyerang babi dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, bahkan hanya dalam enam jam setelah munculnya gejala seperti ruam dan demam tinggi.

Meski tidak menular ke manusia, penyakit ini menyebar dari hewan ke hewan, terutama melalui sampah makanan, termasuk sisa makanan dari pesawat.

“Sampai saat ini belum ada vaksin untuk ASF. Pengendalian dilakukan melalui disinfeksi dan pengawasan ketat terhadap lalulintas hewan dari daerah tertular ke daerah bebas,” tegasnya.

Sebagai upaya pencegahan, BBKHIT terus memperkuat pengawasan di jalur sejumlah masuk ke wilayah Kaltim, melakukan disinfeksi, dan melakukan sosialisasi bahaya ASF kepada masyarakat.

“Kami berharap masyarakat ikut berperan aktif dalam mencegah penyebaran ASF dengan mematuhi aturan yang berlaku,” tukasnya.

“Dengan pengawasan yang ketat dan edukasi yang terus digalakkan, diharapkan penyebaran ASF dapat dikendalikan, sehingga sektor peternakan tetap terlindungi dan kebutuhan daging babi dapat terpenuhi secara legal dan aman,” tambahnya.

Gencarkan sosialisasi bahaya ASF ke warga

Dalam upaya pencegahan, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kaltim juga menggelar sosialisasi mengenai pengendalian penyakit ASF kepada calon penumpang di Pelabuhan Semayang Balikpapan dan masyarakat di Desa Marindan RT 1, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Sosialisasi ini melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk masyarakat setempat. Dimana, salah satu poin penting yang disampaikan adalah perlunya disinfeksi pada peralatan dan fasilitas yang digunakan dalam transportasi hewan, serta pembatasan mobilisasi hewan dari daerah yang terinfeksi ke daerah yang belum terjangkit.

Dokter Hewan BBKHIT Kaltim, Dr. Untari mengatakan, sampai saat ini masih belum ada vaksinasi untuk ASF. Oleh karena itu, pihaknya lebih menekankan pada upaya pencegahan, seperti pengawasan yang ketat dan pembatasan mobilisasi hewan dari daerah terinfeksi.

” Langkah ini diambil untuk mencegah penyebaran lebih lanjut ke daerah yang masih bebas dari penyakit ASF,” jelasnya.

Warga dukung upaya pencegahan penularan ASF

Sementara itu, warga RT 1 Desa Maridan PPU Sakiyah (52) menyatakan dukungannya terhadap adanya kegiatan sosialisasi bahaya ASF ini. Dimana selama ini peternak di tempat ini belum pernah mengikuti kegiatan tersebut.

“Sosialisasi karantina sudah sangat baik, supaya kita tahu terkait kesehatan dari ternak,” ujarnya.

Dikatakannya, di Kelurahan Maridan, Kabupaten PPU sudah lama ada peternakan babi atau sekitar tahun 1970 an yang mana berasal dari suku toraja.

“Sudah lama mas, kan disini juga ada pelabuhannya yang biasa dipergunakan untuk menurunkan dan menaikan hewan ternak,” ucapnya.

Senada disampaikan Rusli yang mendukung adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan pihak Balai Karantina Kaltim. Karena selama ini belum pernah mendapatkan kegiatan ini.

“Jadi kami tahu bagaimana langkah antisipasi dan pencegahan ketika hewan mengalami sakit,” tutupnya.

Tinggalkan Komentar