Bahan Pangan Mulai Melejit Naik, Stunting Mengancam
Oleh : Sewa Naba*
Sebenarnya penyebab dari para buruh meminta kenaikan upah karena tingginya kebutuhan hidup saat ini. Kebutuhan hidup tinggi disebabkan oleh harga barang yang kian melonjak dan tak terkendali. Sedangkan kenaikan gaji tersebut juga menyebabkan harga barang semakin tinggi. Bahkan saat kenaikan gaji masih menjadi isu dan belum diputuskan, harga barang sudah lebih dahulu naik. Kenaikan harga barang selalu lebih tinggi dari kenaikan gaji secara umum.
Tentu hal ini menyusahkan masyarakat ekonomi rendah sehingga mereka tidak dapat membeli barang, terutama kebutuhan bahan pangan. Akibatnya terjadi ketidak-seimbangan, terjadi distribusi secara tidak merata barang di tengah masyarakat. Demikian halnya menaikkan harga demi mendapatkan harga yang tinggi, pemilik barang menimbun barang dagangannya untuk sementara waktu hingga pasaran naik, juga akan menyusahkan masyarakat ekonomi lemah.
Kenaikan sejumlah bahan pokok membuat masyarakat semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Mereka terpaksa memangkas sejumlah kebutuhan sehari-hari yang sekiranya tidak begitu penting. Sejumlah pedagang daging sapi di Pasar tradisional yang ada di kota balikpapan, mengurangi stok daging yang dijualnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian menyusul semakin tingginya harga komoditas daging sapi tersebut yang ada di pasaran, karena daya beli masyarakat berkurang.
Selain daging, harga telor ayam, naik rata-rata 10 persen. Yang biasa per butir harga Rp. 1.400,- sekarang sudah Rp.1.600,-. Daging ayam, yang biasa Rp. 40.000,- menjadi Rp.50.000,- per ekor. Demikian pula, bawang merah, bawang putih, cabe, minyak goreng, mengalami kenaikan 10-15 persen per kilogramnya.
Ancaman Stunting atau gizi buruk akan terjadi lagi, setelah kota Balikpapan, tahun 2018, terdapat 4.000 an anak alami stunting. Factor dominan penyebab stunting adalah asupan gizi yang tidak seimbang, yang tentunya dipengaruhi oleh pemenuhan bahan pangan keluarga, daya beli masyarakat dan ketidak-mampuan mengganti bahan pangan alternative yang cukup gizi.
Menurunnya daya beli, meningkatnya harga kebutuhan bahan pangan utama, pendapatan yang cendrung menurun atau tidak sebanding dengan pengeluaran saat ini, diperlukan solusi oleh Pemerintah Kota Balikpapan, sehingga ancaman Stunting bias dicegah dan diatasi. Upaya tersebut misalnya : 1) melakukan operasi pasar, terutama kebutuhan bahan pangan utama seperti beras, minyak goreng, telor, daging ayam, daging sapi, bawang merah, bawang putih, tepung dan lainnya. 2) melakukan sidak, terutama kepada pedagang dan di pasar, agar harga bisa dipantau dan dikendalikan, 3) menghitung kebutuhan bahan pangan dan penyediaannya dengan memutus rantai distribusi barang, dengan bekerjasama dengan pihak produsen dari luar daerah, sehingga harga bisa stabil. 4) tetap komitmen melakukan informasi kepada masyarakat akan pemanfaatan lahan perkarangan dengan tanaman yang bisa menggurangi biaya belanja, mengolah dan memafaatkan bahan pangan alternatif pengganti beras lainnya serta penyuluhan gizi terhadap masyarakat.
Langkah lainnya adalah mengoptimalkan peran TPID (Tim Pengendali Inflasi Daeah) untuk memicu dan mengsimultankan kegiatan ekonomi masyarakat, agar pendapatannya meningkat, bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan bahan pangan semata. Upaya tersebut bisa dengan pelatihan, pendampingan usaha, pemberian modal usaha dan pemasaran. Tentunya, harus ada kebijakan politik dan kebijakan anggaran dalam hal tersebut, sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat, harga kebutuhan pangan stabil dan tersedia cukup.
*Penulis adalah masiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tridharma Balikpapan
BACA JUGA