Bangun Kepercayaan Diri Difabel Melalui Membatik
Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Membatik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Dan pakaian yang terbuat dari kerajinan batik ini, tidak hanya digemari warga Indonesia sebagai daerah asalnya namun juga hingga mancanegara.
Kata Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam (hot wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”. (Sularso dkk, 2009: 23)
Batik ini sendiri sudah ditetapkan sebagai Indonesian Cultural Heritage yaitu warisan budaya tak benda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2009.
Kerajinan batik, saat ini juga sudah berkembang tidak hanya di Pulau Jawa, namun juga hingga Pulau Kalimantan. Dan salah satu yang mulai mengembangkannya adalah DPC Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Balikpapan yang bekerjasama dengan PT Pertamina Niaga Integrated Terminal Balikpapan dengan membentuk Kelompok Pertamina Membatik Bersama Disabilitas Berinovasi (PERMADANI).
Ketua Kelompok PERMADANI Kota Balikpapan, Untung Slamet mengatakan, kelompok ini sudah terbentuk sejak Januari 2023 lalu, kemudian melaksanakan pelatihan membatik pada 7 Maret 2023 selama 2 minggu.
“Setelah pelatihan, kita langsung beroperasi membuat kain batik, hingga banyak motif yang kita buat, lebih kurang 60 motif yang kita buat,” jelasnya, saat ditemui di Sekretariat DPC PPDI Kota Balikpapan, di Jalan Telaga Sari, Kelurahan Telaga Sari, Kecamatan Balikpapan Kota, Jumat (21/10/2023).
Penyandang disabilitas atau tuna daksa ini menambahkan, dengan bergabung dalam kelompok ini para penyandang disabilitas bisa menyalurkan bakatnya dan mengahasilkan sebuah karya.
“Nah untuk kesulitannya, masih di pemasaran karena banyak juga pengrajin batik di Balikpapan ini,” ungkapnya.
Selain Untung, ditempat ini ada Penyandang Disabilitas lainnya, Nikita Mairadhani (27 Tahun). Siswi SMP kelas XI di PKBM Generasi Mandiri Balikpapan saat ditemui tengah duduk di kursi rodanya dan sedang asyik mengerjakan batik semprot.
“Melalui membatik ini, saya bisa mengeksplorasi diri saya, yang tadinya nggak bisa akhirnya bisa. Contohnya dengan batik semprot ini, tadinya kita merasa tidak bisa ngolet karena tangan gemetar, namun dengan adanya batik semprot ini kita bisa berkreasi, karena batik ini tidak mengikuti pola,” ujarnya sambil tersenyum senang.
Ditambahkannya, dengan adanya kegiatan membatik ini, secara tidak langsung manfaat yang dirasakannya adalah menumbuhkan rasa percaya diri.
“Awalnya merasa nggak bisa, ternyata setelah berusaha itu bisa, jadi lebih termotivasi untuk belajar sih, ngak menyerah dengan keadaan. Jadi kalau gak bisa satu hal, maka ada hal lain yang bisa kita lakukan,” ucapnya.
Diakuinya, saat ini kesulitan yang dialami kelompoknya adalah terkait pemasaran. Pasalnya, masih ada stigma yang menganggap disabilitas tidak memiliki kemampuan.
“Namun kita tidak mau menjual kesedihan, kita juga tidak mau dikasihani, kita disini menjual karya,” tegasnya.
Nikita menambahkan, selama tergabung dalam kelompok permadani ini, ia telah mendapatkan penghasilan yang lumayan.
“Penghasilan sih ada, saya tabung dan sebagian saya gunakan untuk biaya sekolah,” ungkapnya.
Comdev Officer PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Balikpapan, Fitri Ulul Azizah mengatakan, Kelompok Pertamina Membatik Bersama Disabilitas Berinovasi (PERMADANI) merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dimulai sudah dimulai sejak Januari 2023. Dimana, teman-teman yang tergabung dalam kelompok ini adalah penyandang difabel jenis disabilitas fisik yang berasal dari beberapa kelurahan di Balikpapan.
“Kami memfasilitasi, potensi dan keterampilan mereka melalui program membatik. Dan karena baru berjalan 10 bulan, kami masih memiliki beberapa kendala yakni masalah pemasaran dan gradasi warna,” ungkapnya.
Dalam kegiatan ini, lanjutnya, pewarnaan yang dilakukan melalui dua sistem yakni sintetis dan alami yang akan mempengaruhi penawaran harganya. Untuk batik cap harga batiknya ditawarkan berkisar Rp450 ribu, untuk batik canting atau tulisnya ditawarkan dengan harga Rp700-800 ribu, sedangkan untuk batik menggunakan pewarnaan alami Rp 1 juta.
“Harapannya melalui kegiatan ini, bisa memberikan nilai ekonomi bagi penyandang disabilitas. Dan tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka serta meningkatkan keterampilan dalam membatik,” paparnya.
Kedapan, lanjutnya, pihaknya mengharapkan bisa memiliki gerai sendiri untuk memasarkan produk para pengrajin batik ini.
SR SPV CSR & SME PP PT Pertamina Niaga Integrated Reg Kalimantan, Risky Diba Avrita mengatakan, sejak terbentuknya Januari 2023 lalu, sudah ada sebanyak 15 orang penyandang disabilitas yang bergabung dalam kelompok ini.
“Dimana fokusnya untuk membuat kerajinan batik tulis dan cap, yang harapannya dapat membantu para disabilitas untuk membangun kepercayaan diri mereka, meningkatkan perekonomiannya hingga kemandiriannya,” ujarnya.
Per Oktober 2023 ini, lanjutnya, kelompok ini sudah mendapatkan penghasilan sebesar Rp 4 Juta rupiah dari hasil pemasaran kerajinan batik yang telah mereka lakukan.
Sumber Pustaka :
Sularso, 2009. 60 Tahun Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Koperasi Pusat Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Jakarta.
BACA JUGA