Banjir di Kota Tanah Grogot; Penyebab dan Solusinya
Oleh : Achmad Safari *)
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang dominan melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia, tak terkecuali di wilayah kita Kota Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Sebenarnya tak hanya Tanah Grogot saja, namun puluhan desa di Kabupaten Paser juga pernah merasakan dampak banjir. Namun, pada tulisan kali ini akan coba diulas penyebab banjir dan beberapa alternatif solusi penanganannya di Kota Tanah Grogot.
Beberapa bagian kota tak luput terdampak bila curah hujan tinggi. Volume air meningkat, penuhnya saluran drainase, hingga berdampak masuknya air ke rumah-rumah warga dan menggenangi fasilitas umum dan fasilitas sosial serta perkantoran.
Banjir yang melanda Kota Tanah Grogot secara umum terbagi atas dua faktor penyebab. Faktor alam dan faktor aktivitas manusia.
Faktor alam
Faktor alam berupa curah hujan yang tinggi, Kota Tanah Grogot yang berada pada dataran rendah, serta berposisi di hilir DAS Kandilo.
Faktor alam berada diluar kemampuan kita, namun sebenarnya tak kan memberikan dampak buruk yang lebih besar jika saja faktor aktivitas manusia dapat diminimalisir.
Faktor manusia
Adapun faktor penyebab banjir yang diakibatkan aktivitas manusia berupa : Pembukaan lahan secara besar di bagian hulu sungai.
Sudah sama kita ketahui bahwa daerah hulu dan tengah DAS Kandilo sangat marak aktivitas usaha yang mengubah rona bumi dari hutan alami menjadi aktivitas pertambangan dan perkebunan kelapa sawit, tak terkecuali maraknya pembalakan hutan secara liar.
Ditambah lagi hilangnya hutan di sempadan sungai menyebabkan air hujan di wilayah tersebut tak secara optimal diserap masuk ke dalam tanah dan dalam volume yang besar masuk ke dalam sungai sehingga bagian hilir sungai termasuk Kota Tanah Grogot mengalami akumulasi dampak.
Sungai tak mampu lagi menampung air yang berasal dari wilayah kota sehingga air tetap menumpuk di saluran drainase dan dataran kota yang rendah.
Erosi permukaan juga mengalami peningkatan. Tanah ikut terkikis dan mengalir bersamaan buliran air hujan hingga masuk ke wilayah sungai. Menyebabkan terjadinya sedimentasi dan pendangkalan pada beberapa wilayah sungai. Yang lebih parah tentu wilayah hilir sungai.
Terjadi penumpukan sedimentasi di muara sungai Kandilo, dikarenakan hanya berjarak beberapa kilometer dari Tanah Grogot, maka kondisi tersebut tentu membawa dampak negatif berupa semakin besarnya potensi terjadi bencana banjir.
Saluran drainase kurang berfungsi optimal. Banjir yang menggenangi beberapa wilayah Tanah Grogot di medio April lalu mengindikasikan adanya drainase yang tak berfungsi optimal. Hasil pemantauan di lokasi banjir, maka air hujan tak dapat masuk kedalam saluran drainase dan lambat tersalurkan ke sungai terdekat.
Kurangnya daerah resapan air
Semakin bertambahnya penduduk menyebabkan daerah resapan air di perkotaan semakin berkurang. Rumah tumbuh berdempetan sehingga tak ada lagi lahan pekarangan, jikapun ada pemilik rumah lebih merasa nyaman jika pekarangannya berlapiskan semen coran.
Kondisi ini membuat air hujan mengalami kesulitan infiltrasi ke dalam tanah. Perkantoran juga demikian, lahan difungsikan sebagai area parkir sehingga didesain dengan lantai yang beraspal maupun semen coran.
Pembuangan sampah sembarangan
Sampah yang dibuang tidak tepat pada tempat yang disediakan akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kebanyakan warga masih membuang sampah diluar TPS yang disediakan, bahkan ada sampah yang masuk kedalam saluran drainase.
Jika terjadi hujan, sampah di saluran drainase tersebut akan menimbulkan sumbatan-sumbatan sehingga air hujan akan menggenangi wilayah sekitarnya.
Setelah kita mengetahui beberapa faktor penyebab, maka selanjutnya akan dikemukakan beberapa alternatif solusinya: penegakan peraturan di bidang lingkungan hidup
Pelaku usaha menguasai lahan dalam jumlah yang banyak. Artinya potensi degradasi lingkungan yang mereka timbulkan cukup besar.
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka dalam menjaga lingkungan, diperlukan implementasi pengawasan dari pemerintah yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Untuk dapat menjalankan fungsi pengawasan, perlu dukungan sumber daya manusia aparatur yang berkompeten, maka peningkatan kompetensi petugas mutlak harus selalu dilakukan.
Penataan DAS secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
Perbaikan pengelolaan DAS Kandilo mutlak diperlukan. Daerah aliran sungai merupakan tempat berkumpulnya berbagai macam aktivitas dan kepentingan.
Maka diperlukan keterpaduan dalam pengelolaannya. Semua stakeholder yang ada harus meningkatkan koordinasi dan berperan secara aktif. Dalam pemanfaatannya juga harus tetap berpedoman pada dokumen fungsi lahan yang ada.
Pembuatan biopori dan sumur resapan
Dikarenakan tak memerlukan ruang yang luas, mudah dibuat dan rendah biaya, maka lubang biopori lebih cocok dibuat di pekarangan rumah warga. Sedangkan sumur resapan dibuat di tempat umum, sekolah dan perkantoran. Hal ini dilakukan untuk mempercepat masuknya air hujan kedalam tanah.
Peningkatan luasan ruang terbuka hijau
Pohon buah dan sejenisnya memiliki perakaran yang kuat dan efektif menahan laju aliran air hujan. Sehingga memperbesar volume air yang masuk kedalam tanah. Untuk itu diperlukan penambahan luasan ruang terbuka hijau dalam wilayah kota.
Sistem drainase yang optimal
Drainase yang berfungsi dengan baik akan mampu mengalirkan air hingga bermuara ke sungai. Konektivitas saluran drainase sangat penting disamping tentu saja kebersihan saluran. Diperlukan dukungan aktif warga dalam menjaga kebersihan lingkungan drainase di wilayah mereka.
*) Pemerhati lingkungan di Kabupaten Paser
BACA JUGA