Dengan Semangat Hari Buku, Wujudkan Gerakan Baca Buku Mendukung Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera)
Oleh : Dr. Kasrani Latief*
Organisasi internasional UNESCO telah menetapkan bahwa 23 April sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia. Penetapan itu didasarkan kepada perayaan yang dilakukan UNESCO pertama kalinya pada tanggal 23 April 1995 atas peringatan kematian seorang penulis terkenal asal spanyol yang bernama Miguel de Cervantes. Sosok Miguel de Cervantes begitu diagungkan oleh masyarakat Spanyol sehingga terdapat tradisi perayaan kematianya dengan memberikan bunga mawar sebagai hadiah atas setiap buku yang dibeli. Atas dasar itu maka UNESCO menggagas sebagai peringatan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia.
Mengapa peringatan Hari Buku Sedunia di Indonesia terasa senyap? Padahal tanggal peringatan Hari Buku Sedunia berurutan dengan tanggal peringatan Hari Kartini 21 April dan Hari Bumi 22 April. Mengapa tidak ada program yang disiapkan untuk mengisi peringatan Hari Buku Sedunia ini? Hal ini dikarenakan Hari Buku masih belum Familiar di masyarakat kita. Seharusnya, dengan terpuruknya minat baca bangsa Indonesia, Hari Buku Sedunia dapat dijadikan momentum bangsa ini “melek mata” bahwa minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan, sehingga, seharusnya lahir pogram-program dalam bentuk lomba, festival, pameran, parade, atau apapun jenisnya yang melibatkan anak-anak sekolah di Indonesia, yang puncak acaranya dilakukan bertepatan dengan tanggal 23 April, Hari Buku Sedunia.
Berdasarkan studi Most Littered Nation In The World tahun 2016, sebuah fakta mengungkap bahwa minat baca anak di Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara. Hal serupa diungkap oleh UNESCO yang menunjukan jumlah persentase minat baca anak di Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, 10.000 dari anak Indonesia yang senang membaca buku hanya satu orang. Tentu ini sangat mengkhawatirkan bagi masa depan peradaban Indonesia. Hal itu didasarkan karena membaca buku merupakan aspek penting dalam perkembangan suatu peradaban bangsa. Dengan bukulah seseorang akan mendapatkan ilmu, karena buku adalah gudang ilmu.
Permasalah minimnya minat baca buku anak Indonesia tidak serta merta diakibatkan oleh kurangnya infrastruktur pendukung. Karena ketersediaan buku-buku sebetulnya sudah terpenuhi dengan baik. Bahkan para pihak terus mengembangkan untuk menyediakan fasilitas baca buku gratis seperti adanya perpustakaan daerah, perpustakaan keliling, dan yang terbaru adanya sebuah gerakan pemuda yang menggagas rumah baca dan sejenisnya di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Sehingga permasalah minimnya minat baca buku anak Indonsia lebih di titik beratkan kepada budaya anak Indonesia untuk membaca buku itu sendiri.
Hal senada pernah diungkapkan oleh mantan Menteri Pendidikan Indonesia, Anies Basweda. Manurut Anies Baswedan minimnya minat baca buku anak Indonesia dikarenakan minimnya memanfaatkan infrastruktur pendukung yang ada. sehingga perlu adanya semangat menumbuhkan budaya baca buku bagi anak di Indonesia. Tentunya ini memerlukan dukungan dari berbagai komponen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan Gerakan Baca Buku di Indonesia.
Buku yang kita baca satu-dua-tiga hari sekali habis, butuh berbulan-bulan bahkan bertahun lamanya bagi penulis dalam proses pembuatannya. Ironisnya, atas sederetan panjang upaya itu, justru berbanding terbalik dengan bagaimana buku itu diperlakukan. Seringkali keberadaan buku tak ubahnya seperti barang rongsokan yang dipandang sebelah mata. Buku hanya diperhatikan ketika butuh lalu dicampakkan seketika tak lagi diperlukan. Padahal teman bermain yang paling baik adalah buku. Membunuh waktu secara berkualitas adalah dengan membaca buku. Tidak ada istilah waktu terbuang sia-sia dengan kita melakukan pergumulan dengan buku.
Kemendikbud melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga telah menginisiasi Gerakan Literasi Nasional untuk memperkuat sinergi antar unit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia. Kemendikbud juga bekerjasama dengan pemerintahan daerah untuk mengupayakan kemudahan akses terhadap bahan bacaan melalui berbagai transformasi buku elektronik.
Dengan semangat Hari Buku, Mari kita jadikan Hari Buku Sedunia, momentum meletakkan kata buku dalam pikirin kita dengan melaksanakan Gerakan Baca Buku di Kabupaten Paser, karena buku akan mencerdaskan kita. Letakkanlah kata buku dipikiran kita, setiap saat, setiap waktu, sebagai aliran nafas dan darah kita. Buku mencerdaskan kita dan mencerdaskan masyarakat Kab. Paser menuju Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera)
*Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Paser
BACA JUGA