Dewan Pakar BPIP, Dubes Djumala: Paskibraka garda terdepan counter narasi ideologi transnasional.

PALEMBANG, GERBANGKALTIM.COM– Sebagai Duta Pancasila, alumni Paskibraka memikul beban tanggung jawab dibahunya sebagai pelopor pembela dan penjaga ideologi Pancasila dari pengaruh ideologi transnasional. Duta Pancasila harus menjadi garda terdepan dalam mengcounter narasi propaganda ideologi transnasional.

Hal itu disampaikan  Dr. Darmansjah Djumala, MA,  Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri pada acara Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Paskibraka 2022 di Hotel Novotel, Palembang, Kamis 13 April 2023.

Acara yg dibuka secara resmi oleh Kepala BPIP, Prof. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D. dihadiri  tidak kurang dari 1.246 alumni Paskibraka angkatan 2022 dari Provinsi Sumsel, Aceh, Riau, Sumut, Sumbar, dan Bengkulu.

Kepala BPIP dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa kegiatan pembinaan ideologi Pancasila bagi Paskibraka ini sangatlah penting, karena adik-adik inilah yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan bangsa ini di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sebagai calon pemimpin bangsa, adik-adik sekalian harus memiliki karakter Pancasila.

Dalam ceramahnya yg berjudul “Aktualisasi Pancasila: Ancaman Ideologi Transnasional Bagi Generasi Muda”, Dubes Djumala menguraikan 2 hal pokok yg wajib dipahami oleh para alumni Paskibraka: pertama, sejarah lahirnya Pancasila dan kedua, tantangan yang dihadapi Pancasila baik di tataran nasional maupun global.

Terkait sejarah Pancasila Dr. Djumala menegaskan bahwa hari lahir Pancasila sudah ditetapkan pada 1 Juni. Dalam proses kelahirannya sehingga menjadi Pancasila  seperti yang kita kenal sekarang ini, rumusan Pancasila mengalami dinamika dan perdebatan di  BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) mengenai dasar negara, antara negara Kebangsaan atau negara agama. Para pendiri bangsa akhirnya sepakat  Indonesia yang akan didirikan adalah negara Kebangsaan bukan negara

Agama. Untuk menampung aspirasi dan inspirasi semua agama di Indonesia, rumusan sila 1 menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebelumnya sila 1 tsb berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yang dikenal dengan Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.
Ditegaskan  Dr. Djumala, proses sejarah kelahiran Pancasila merupakan satu kesatuan nilai, mulai dari 1 Juni (pidato Bung Karno), 22 Juni (Piagam Jakarta) dan 18 Agustus 1945 (penetapan Konstitusi UUD 45).

Pada bagian lain Dubes Djumala mengindentifikasi 3 ideologi besar dunia yang ditengarai dapat mempengaruhi ideologi Pancasila di kalangan generasi muda; yaitu liberal-capitalist, socialist-

state capitalism dan theocratic fundamentalism. Ketiga ideologi besar dunia selalu bersaing untuk mempengaruhi ideologi negara lain agar sejalan dengan ideologi mereka. Rivalitas ketiga ideologi itu dapat mengakibatkan instabilitas politik di dalam negeri, berupa konflik horizontal dan keterbelahan sosial yg berlatar sentimen etnik, suku, ras dan agama. Oleh karena Dubes Djumala mengingatkan agar generasi muda, terutama alumni Paskibraka, untuk tetap tegak lurus pada dan berada di jalan Pancasila dan NKRI. Hanya dengan cara itu Indonesia yang majemuk dan beragam etnik, suku, agama dan budaya ini dapat tetap utuh sebagai negara dan bangsa. (*/GK)

Tinggalkan Komentar