Herry Wijaya Ubah Sampah Jadi Omset Ratusan Juta Rupiah

Pertamina
Salah satu mitra binaan unggulan PT Pertamina Patra Niaga, Herry Wijaya, mantan karyawan perusahaan multinasional yang berhasil menyulap ladang sampah menjadi produk olahan bernilai tinggi.

Balikpapan, Gerbangkaltim,com – Di Era Modern ini, paradigma masyarakat akan sampah sebagai limbah dan barang yang kurang bermanfaat, sehingga harus di singkirkan sejauh mungkin. Hal ini berbeda dengan pemikiran salah satu mitra binaan unggulan PT Pertamina Patra Niaga, Herry Wijaya, mantan karyawan perusahaan multinasional yang berhasil menyulap ladang sampah menjadi produk olahan bernilai tinggi. Bahkan berkat kegigihan, disiplin diri, dan pendampingan dari Pertamina, dirinya kini mampu meraup omset mencapai 485 juta perbulannya.

Kiprah Herry Wijaya berawal dalam menjalankan workshopnya yang dinamai Abadan yang artinya Abadi, tumpukan plastik bekas seperti botol dan jerigen bekas pakai diolah menjadi cacahan plastik yang memiliki harga jual bernilai tinggi, yakni dari harga beli dikisaran 2000 hingga 6000 rupiah per kilogram menjadi 10.000 rupiah perkilogramnya, sehingga Ia bisa membayar honor karyawan dan menjadi tambahan modal usahanya. Cacahan plastik produksi Abadan ini selain melayani permintaan dalam negeri yakni Surabaya, Tanggerang dan Jakarta juga melayani permintaan dari Korea.

Terbukti dengan berbagai ide dan gagasan kreatifnya, pria berusia 40 tahun ini sukses dengan startup Banana & Partners dengan fokus bisnis pengolaan sampah, energi terbarukan, dan ekonomi sirkular. Mentransformasi sistem pengolahan sampah dengan membangun PANDORA (Pusat Industri Daur Oelang Rumahan) untuk mengakselarasi ekonomi sirkular dengan fasilitas waste-to-energy dan waste-to-material. Pandora adalah solusi dalam mengelola limbah minyak bekas (jelantah) menjadi energi terbarukan yakni Biodiesel (FAME) dan tentunya mengubah sampah plastik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Selain berhasil mengelola sampah anorganik, Herry juga berhasil mengubah sampah organik menjadi charcoal (arang aktif).

“Sesuai dengan bidang ilmu saya sebagai Insiyur Teknik Mesin dan ketertarikan dengan ilmu Kimia sejak bangku SMA, membantu saya dalam pengolahan minyak jelantah menjadi energi bahan bakar ini. Hal ini yang memotivasi saya untuk menyempurnakan alat pengolahan energi terbarukan biodiesel, memberikan dampak sosial bagi warga sekitar tempat tinggal saya, sekaligus berhasil menciptakan lapangan kerja,” ujar Herry Wijaya.

Dalam pernyataannya, Herry mengatakan bahwa PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan yang hadir di tengah pandemi saat itu memulai inisiasi komunikasi dengan Abadan dan memberi dukungan kegiatan melalui Program CSR yang berfokus pada pengolahan waste management yang disebut sebagai Pertamina BETTER (Balikpapan Energi Terbarukan) pada tahun 2020.

Tinggalkan Komentar