Idul Fitri, wujudkan Kemenangan Sejati untuk menjadi Insan yang Taat

 

Oleh :Kasrani Latief
Pengurus BKPRMI Kabupaten Paser

 

IDULFITRI atau Lebaran adalah salah satu hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 bulan Syawal menurut kalender Hijriah. Berdasarkan penentuan 1 Syawal yang dilandasi oleh peredaran bulan (Qamariyah), maka Idul Fitri jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila ditinjau dari sistem penanggalan Masehi.

Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa yang dijalani selama bulan suci Ramadan. Maknanya berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa, yakni menjadi manusia yang bertakwa. Berasal dari Bahasa Arab Id yang artinya kembali dan fitri yang artinya suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan.

Dengan demikian, Idul Fitri ialah kembali kepada fitrah manusia yang suci dengan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Muslim yang telah menjalani ibadah puasa sesuai dengan syariat akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.

Sejarah menyebutkan Idul Fitri dirayakan umat Islam pertama kali selepas Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriah. Dalam pertempuran tersebut, umat Islam berhasil meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum muslimin harus berhadapan dengan 1000 tentara dari kaum kafir Quraisy.

Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan sekaligus, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Rasulullah dan para sahabat menunaikan sholat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum pulih sepulang berperang.

Idul Fitri (dan Idul Adha) mulai dilaksanakan Rasulullah SAW dan kaum muslim selepas beliau hijrah ke Madinah. Sejak itu juga, sholat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan. Adapun dua hari raya tersebut sejatinya sebagai pengganti dua hari raya yang diramaikan oleh masyarakat jahiliyah yaitu hari raya Nowruz dan hari raya Mehregan.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: ‘Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.'” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i)

Rasulullah mengganti dua hari tersebut dengan tujuan agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah. Hal tersebut juga untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat seperti pesta pora dan mabuk-mabukan.

Bagaimana Kita Memaknai Idul Fitri ?
Makna Idul Fitri disambut dengan penuh suka cita. Masyarakat tumpah ruah menggemakan takbir dan melaksanakan salat Id. Serangkaian silaturahmi dilakukan pada Idul fitri. Momen bermaafan dan berkumpul bersama tak pernah terlewat dalam menyambut makna Idul Fitri.

Makna Idul Fitri tak hanya sekadar kembali pada yang suci. Makna Idul fitri dapat pula diartikan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Memahami makna Idul Fitri dapat membuat seseorang merasa selalu bersyukur pada Allah.

Dari beberapa penjelasan makna Idul Fitri, dapat diambil kesimpulan bahwa Idul Fitri berarti kembalinya seseorang kepada keadaan suci atau keterbebasan dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan sehingga berada dalam kesucian atau fitrah.

Hari raya ini pun merupakan hari raya kemenangan dimana umat muslim merayakannya dengan kembali “buka puasa” atau makan. Itulah mengapa salah satu sunnah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 Syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa. Sering kali, banyak orang yang terlena dengan makna Idul Fitri.

Tak sedikit orang yang membeli baju atau barang baru atau menyediakan makanan yang banyak. Namun, kita sebagai umat muslim tidak seharusnya berlebihan. Bagaimanapun juga, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memaknai Idul Fitri sungguh-sungguh. Bukan soal banyaknya makanan yang kita punya di hari raya ini, melainkan berapa banyak bantuan yang kita beri untuk mereka yang kekurangan, seberapa bersihnya hati kita untuk mau memaafkan orang lain, bagaimana bisa berbagi dengan orang yang tidak seberuntung kita di hari raya.

Karena itu, Idul Fitri juga dapat dimaknai sebagai hari kemenangan di mana umat Muslim bahagia merayakannya dengan buka puasa atau makan. Hal ini juga yang membuat Idul Fitri termasuk dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Selain menjadikan momen Idul Fitri sebagai hari kemenangan, hendaknya seorang Muslim memanfaatkannya untuk memperbaiki dan menyucikan diri dari dosa yang telah dilakukan.
“Idul Fitri adalah waktu untuk memperbaiki, memaafkan dan merenung. Nilai-nilai moral dan sosial yang kita dapatkan di bulan ramadhan harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Selamat merayakan hari yang Fitri 1 Syawal 1444 H.
Mari jadikan momentum hari Idul Fitri menjadi kemenangan sejati untuk menjadi insan yang semakin baik dalam ketaatan, dan menjadi insan yang menjadi panutan untuk bangsa dan negara”. Olo manin Aso Buen Siolondo (Hari Esok Lebih Baik Dari Hari Ini). ****

Tinggalkan Komentar