Jemput Koalisi Partai, Bacawabup sebagai bumbu Bargaining
Opini oleh Ade Muriyono
Di tengah euphoria pilkada dan pendaftaran bakal calon pemimpin daerah yang diselenggarakan berbagai partai politik level kabupaten di Paser, ada beberapa politisi yang secara terang – terangan dengan keoptimisannya sebagai Bacabup dan ada yang memilih realistis mendaftarkan diri sebagai bacawabup. Posisi bacawabup menjadi bagian yang akan diperhitungkan dalam pilkada karena pendaftaran yang dilakukan harus satu kesatuan pasangan calon bukan individu.
Dilihat dari peta politik yang ada saat ini posisi bacawabup merupakan kunci “bargaining” partai politik guna mengakomodir partai untuk posisi strategis kedua dalam pemerintahan eksekutif Daerah dan deal menuju koalisi. Jatah bacawabup menjadi alat lobby bagi partai medioker dalam menentukan mitra koalisi dan langkah tepat untuk mengusung kader inti Partai karena posisi bacawabup menjadi bagian tak kalah cantik pada gelaran politik di daerah.
Saat ini seperti diketahui bersama posisi bacabup Paser yang menguat adalah bupati petahana dr Fahmi Fadli dan wakil bupatinya Syarifah Masitah Assegaf, keduanya memilih berkompetisi ditahun ini setelah 2020 yang lalu mereka adalah paket yang memenangkan Pilkada Paser 2020. Kedua memilih melanjutkan kepemimpinan yang saat ini mereka kawal bersama dengan mengikuti arahan partai mereka untuk secara bersamaan memilih jalur yang sama yaitu bacabup dari partai masing – masing.
Tak kalah menarik adalah pembahasan terkait bacawabup dan manuver politisi lokal dalam menentukan alur cerita siapa yang kelak mendampingi Calon Bupati yang tengah menguat keduanya. Saat ini semua partai sudah menutup pendaftaran desk pilkada melalui partainya. Tercatat dalam prosesi tersebut ada dua kandidat kuat yang mendaftarkan diri secara “rasional” sebagai bacalon wakil bupati yaitu Nasir, SE mendaftarkan diri sebagai bacawabup di partai Demokrat dan HM. Jarnawi, SH yang mendaftarkan diri sebagai bacawabup di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Keduanya merupakan dua tokoh partai yang saat ini sama – sama tercatat sebagai anggota DPRD Paser terpilih dalam pileg Februari yang silam dan akan dilantik sebelum penetapan sebagai peserta pilkada. Kedua sosok ini menyatakan siap mengundurkan diri sesuai regulasi dari KPU yang mengatur tata cara pendaftaran dan penetapan calon peserta pilkada.
HM. Jarnawi, SH yang juga menyandang gelar Yang Mulia Sultan Paser merasa terpanggil untuk mengikuti kompetisi dan menganggap penting gelaran pemilihan lembaga eksekutif di kabupaten Paser. Dirinya tak pernah memikirkan posisi yang akan menempatkan namanya di daftar paslon peserta pilkada. “Saya siap diposisikan sebagai bacabup ataupun bacawabup oleh partai, selayaknya kunci inggris saya cocok untuk pasangan dan dipasangkan dengan siapapun” seloroh politisi yang menakhodai partai NasDem Paser sehingga mampu meraih 3 Kursi di Pileg 2024.
Diakui oleh Jarnawi bahwasanya partainya memerlukan koalisi untuk mendaftarkan peserta pilkada sehingga dirinya saat ini lebih sering ke DPP Partai Nasdem dan Partai – partai calon mitra koalisi. Untuk posisi, jarnawi memang menjadi panutan politisi karena dinilai sangat realistis dan mampu menempatkan diri dalam posisi yang saling menguntungkan untuk mitra koalisi.
Capaian tiga kursi oleh Partai Nasdem tidak menutup kemungkinan bisa berkoalisi dengan 2 partai lainnya yaitu Gerindra dan PDIP dimana gabungan 3 partai tersebut mendapatkan enam (6) Kursi dan mampu sebagai poros ketiga yang bisa menyodorkan sosok ini sebagai Bacabup. Koalisi lintas parpol peroleh kusi DPRD saat ini sedang meramu dan meracik “bumbu” koalisi untuk menyediakan menu Paslon yang dibutuhkan masyarakat. Dengan konfigurasi perolehan kursi yang ada kemungkinan paslon yang terbentuk atas koalisi partai maksimal hanya ada tiga paslon.
Bongkar pasang calon dan Tarik ulur kepentingan mewarnai langkah dan prosesi progres pengajuan paslon di koalisi partai. Dinamika parpol mitra koalisi pasti akan melakukan bargaining dan komunikasi politik dalam rangka menetapkan paslon sebelum nantinya akan dibakukan oleh rekom DPP dan mendaftarkan diri ke KPU akhir Agustus nanti. Slot bacawabup kerap menjadi ‘bargaining’ partai politik untuk menentukan langkah politik kedepan dengan saling menyatukan konsep.
Jarnawi secara rasional menyodorkan diri sebagai bacawabup karena menyadari bahwa capaian 3 kursi memang belum cukup kuat memaksakan diri untuk mengusungnya sebagai bacabup, kecuali Jarnawi mampu memaksakan poros ketiga dengan Nasdem sebagai partai penggerak koalisi. Dia siap menerima secara satria dan akan berjuang apabila partai menginstruksikan kepadanya untuk maju sebagai bacabup.
Kontestansi eksekutif di kabupaten Paser tahun ini memang mengalami beberapa anomali dimana beberapa calon seakan menurunkan tensi mereka untuk bersaing di pilkada serentak ini. Adanya beberapa bacalon yang kemarin bersemangat saat ini seakan pasrah dan tidak memperjuangkan rekom DPP di Pusat.
Jarnawi akan mengundurkan diri sebagai Anggota DPRD periode 2019 – 2024 pada saat diminta KPU untuk memenuhi syarat pencalonan sebagai aturan yang ada. Berbekal pengalamannya di lembaga legislatif Jarnawi dianggap lebih siap untuk melangkah ke bursa pilkada dan mangambil posisi Bacawabup.
Selama menjabat sebagai anggota DPRD Paser, Jarnawi getol mengawal perda terkait peradaban dan kearifan lokal terkait unsur budaya, suku, dan kasultanan Paser. Terlebih saat ini Yang Mulia Sultan Paser mengisyaratkan untuk masyarakat paser yang sangat plural dari berbagai suku di Indonesia untuk mempersiapkan diri guna rencana nasional yaitu program IKN.
Terlepas posisi nanti yang terdaftar di pasangan calon peserta pilkada, semua partai pasti akan menimbang figur calon yang dikira mampu untuk mewakili partai atau gabungan partai. Semua memiliki potensi menjadi cabup dan cawabup serta dapat memenangi gelaran pilkada, tergantung pada pilihan dan ramuan mitra koalisi. Untuk politisi yang terpilih sebagai paslon syarat yang harus dimiliki adalah mental bertanding dan kepercayaan diri, selanjutnya pengolahan konsep pemenangan akan berada di cara pemilihan mitra koalisi. Bukan politikus jika tidak punya jiwa bertanding.
BACA JUGA