Kisah Inspiratif Jovanka Alfaudi: Dari Santri Mahir Bahasa Arab dan Spanyol Hingga Berjuang Menjadi Catar Akpol

Kisah Inspiratif Jovanka Alfaudi: Dari Santri Mahir Bahasa Arab dan Spanyol Hingga Berjuang Menjadi Catar Akpol
Jovanka Alfaudi, atau yang akrab disapa Jovan, adalah salah satu Calon Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2024 yang memiliki kisah perjuangan inspiratif. Lahir pada 16 Oktober 2004 di Jakarta Utara, Jovan tumbuh sebagai santri di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al Islami, Leuwiliang, Bogor. Di sana, ia menguasai bahasa Arab dan Spanyol, hasil dari empat tahun mendalami pelajaran dan kehidupan di pesantren.

Gerbangkaltim.com– Jovanka Alfaudi, atau yang akrab disapa Jovan, adalah salah satu Calon Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2024 yang memiliki kisah perjuangan inspiratif. Lahir pada 16 Oktober 2004 di Jakarta Utara, Jovan tumbuh sebagai santri di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al Islami, Leuwiliang, Bogor. Di sana, ia menguasai bahasa Arab dan Spanyol, hasil dari empat tahun mendalami pelajaran dan kehidupan di pesantren.

 

Berangkat dari keluarga sederhana, Jovan bukan berasal dari kalangan berada. Ayahnya, Wahludi, adalah pensiunan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) asal Pemalang, Jawa Tengah, sementara ibunya, Dina Sumartini, adalah ibu rumah tangga asal Magelang, Jawa Tengah. Semangat Jovan untuk menjadi taruna bukan hanya berasal dari dorongan orangtua dan para ustaz di pesantren, tetapi juga dari kakak pertamanya, Dimas ALS, yang merupakan jebolan Akademi Militer (Akmil) tahun 2016 dan kini bertugas di Sat-81/Gultor Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

 

“Motivasi saya menjadi Polisi datang dari abang saya dan keluarga. Kami bukan keluarga tentara atau Polisi, tetapi keyakinan dan semangat luar biasa yang dimiliki abang saya memberi saya inspirasi. Abang saya selalu mengajarkan bahwa keluarga kecil seperti kami pun bisa meraih mimpi menjadi taruna,” ungkap Jovan dengan penuh semangat.

 

Pengalaman seleksi yang transparan dari kakaknya memberikan Jovan kepercayaan diri untuk mendaftar di Polri. Meskipun sempat gagal dua kali dalam mendaftar Bintara Polri dan TNI karena masalah kesehatan, Jovan tidak menyerah. Setelah menjalani serangkaian operasi dan menjaga kesehatannya dengan ketat, serta mengikuti bimbingan belajar, Jovan akhirnya berhasil lolos seleksi Catar Akpol tingkat Polda Metro Jaya.

 

“Abang saya melatih saya dengan keras karena dia peduli. Latihannya sangat intens, tidak ada perlakuan istimewa meskipun kami saudara kandung,” kenang Jovan, yang juga alumni SD Cokroaminoto dan SMP Barunawati 2 Tanjung Priok.

 

Menghadapi tantangan di pesantren pada tahun pertama, Jovan sempat merasa tidak betah. Namun, ia berhasil beradaptasi dan bahkan menjadi pengurus pondok pada tahun ketiga, bertugas sebagai bagian keamanan. Kehidupan di pesantren memberinya pelajaran berharga tentang adab, ilmu, dan hafalan, serta pentingnya menghormati yang tua dan menyayangi yang muda.

 

“Ustaz dan kyai selalu mengajarkan bahwa adab di atas ilmu. Kami diajarkan sopan santun kepada guru dan orang tua. Alhamdulillah, berkat doa restu dari orangtua, ustaz, kyai, dan guru-guru saya, serta semua orang yang saya temui, saya bisa berdiri di sini mengikuti seleksi tingkat pusat Akpol. Saya berharap rezeki saya di Taruna Akpol 2024,” tutup Jovan dengan penuh harapan.

 

Kisah Jovan adalah bukti bahwa dengan semangat, kerja keras, dan doa, mimpi sebesar apapun dapat dicapai, bahkan oleh mereka yang berasal dari latar belakang sederhana.

Sumber: Humas Polri

Tinggalkan Komentar