Komunikasi Terapeutik adalah “Obat Wajib” Pasien?, Tenaga Kesehatan Harus Punya ini

Kedokteran
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan 2024, Farrel Daffani Al Adamy

Surabaya, Gerbangkaltim.com –
Komunikasi terapeutik merupakan teknik komunikasi oleh petugas kesehatan, baik secara verbal maupun nonverbal, untuk menyampaikan kebutuhan pasien sebagai upaya pemulihan kesehatan mereka (Mahyana et al, 2020). Komunikasi Terapeutik dilakukan secara sadar dengan tujuan agar pasien merasa percaya dan diterima, juga meningkatkan kepuasan pasien saat berkonsultasi.

Sebuah studi telah menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang efektif berpengaruh positif pada proses pemulihan pasien yang pada akhirnya berujung pada tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi (Nisa et al., 2019).

Mencapai tujuan komunikasi terapeutik, seorang tenaga kesehatan harus memiliki 3 karakteristik dalam kegiatan ini. Menurut Arwani (2003), 3 hal yang mendasari komunikasi terapeutik adalah:
– Ikhlas, melakukan pendekatan untuk mengkomunikasikan kondisi pasien secara tepat dengan menerima semua perasaan negative dari pasien.
– Empati, menerima dan berusaha memahami keadaan pasien.
– Hangat, menciptakan kondisi tanpa rasa takut pasien agar bisa mengekspresikan perasaannya lebih dalam.

Pengamatan yang saya lakukan di dalam yaitu, “Bagaimana proses hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien?”. Sangat disayangkan, proses pengamatan yang saya lakukan tidak diperbolehkan untuk didokumentasikan. Namun, saya akan menggambarkan secara detil proses yang terjadi dalam pelayanan di rumah sakit Dr. Soetomo.

Sebelum melakukan pengecekan fisik, tenaga kesehatan melakukan anamnesis. Anamnesis adalah proses wawancara yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien. Proses awal ini lah, komunikasi terapeutik menjadi penting.

Saat pasien masuk ke dalam ruang praktik, dokter langsung memperkenalkan dirnya dengan ramah dan senyuman. Hal ini bertujuan untuk memberikan kepercayaan dan kenyamanan dengan saling mengenal. Selanjutnya, dokter melakukan anamnesis dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan rasa sakit pasien dengan menerima apapun yang dikatakan pasien baik salah maupun benar dan terkadang memberikan pujian sesekali. Hal ini bertujuan agar pasien merasa diterima, sehingga pasien dapat lebih terbuka dalam memberikan informasi.

Setelah anamnesis, dokter melanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik, mulai dari pengecakan suhu, tekanan darah, dan detak jantung. Selama melakukan kegiatan konsultasi ini, dokter juga memberi candaan dan menceritakan sesuatu di luar pemeriksaan pasien. Dari sana, pasien merasa lebih santai dan suasana terasa lebih hangat.

Setelah dilakukannya pengecekan fisik dan anamnesis, dokter menjelaskan penyakit yang dialami pasien dengan menggunakan bahasa yang lebih umum dan tidak terlalu banyak bahasa ilmiah. Beberapa kali, dokter juga memperagakan sesuatu terkait penyakit yang dialmai pasien untuk membantu pasien membayangkan keadaan yang terjadi. Dokter juga memberikan waktu kepada pasien jika ada hal yang masih belum jelas, sembari dokter menuliskan resep obat untuk pasien.

Proses pendekatan pasien melalui komunikasi terapeutik adalah hal yang sangat penting dalam proses pelayanan kesehatan seperti contoh di atas. Sugesti menjadi salah satu alasan yang dapat merubah jalannya proses pengecekan, bahkan bisa sampai memberikan efek yang lebih kuat dari obat. Komunikasi ini menumbuhkan rasa percaya yang tidak hanya rasa percaya untuk memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, namun juga kepercayaan penyakit yang dialami pasien dapat tertangani. Rasa percaya dalam proses ini yang membuat pasien tersugesti sehingga dapat langsung sembuh setelah pulang dari dokter.

Tinggalkan Komentar