Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU Alami Inflasi Di Bulan Maret 2025

BI
Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Balikpapan pada bulan Maret 2025 yaitu tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan. Rabu (8/4/2025).

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan mengalami inflasi dibanding bulan sebelumnya. Sesuai rilis terkini Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 1,67% (mtm). Sementara secara tahunan, IHK Kota Balikpapan tercatat inflasi sebesar 1,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 1,03% (yoy) dan gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat 1,36% (yoy).

Penyumbang terbesar inflasi di Kota Balikpapan terutama bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,46% (mtm). Adapun lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Balikpapan pada bulan Maret 2025 yaitu tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan. Kenaikan tarif listrik seiring berakhirnya kebijakan pemerintah yang memberikan diskon sebesar 50% untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah (berakhir pada Februari 2025).

Kenaikan cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang menurun akibat curah hujan yang tinggi di daerah sentra produksi. Adapun kenaikan udang basah dan ikan layang disebabkan oleh peningkatan permintaan sejalan dengan periode HBKN di tengah hasil tangkapan nelayan yang terbatas karena faktor cuaca yang tidak mendukung. Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren peningkatan harga emas global yang masih terus berlanjut.

Di sisi lain, komoditas yang menyumbang deflasi di Kota Balikpapan pada periode Maret 2025 meliputi bayam, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, sawi hijau, dan kangkung. Penurunan harga bayam, kacang panjang, sawi hijau, dan kangkung didukung oleh meningkatnya pasokan dan produksi. Adapun penurunan harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) didukung oleh penambahan kuota stok gas LPG 3 kg dan operasi pasar yang dilakukan PT. Pertamina secara berkesinambungan untuk menjaga harga tetap terkendali.

Senada dengan Kota Balikpapan, IHK Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada bulan Maret 2025 juga mengalami inflasi sebesar 2,19% (mtm). Sementara secara tahunan, inflasi IHK Kab. PPU juga tercatat inflasi sebesar 1,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 1,03% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat 1,36% (yoy).

Penyumbang terbesar inflasi di Kab. PPU terutama bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,84% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi yaitu tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah. Kenaikan tarif listrik seiring berakhirnya kebijakan pemerintah yang memberikan diskon sebesar 50% untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah (berakhir pada Februari 2025). Kenaikan ikan tongkol dan ikan layang disebabkan oleh peningkatan permintaan sejalan dengan periode HBKN di tengah hasil tangkapan nelayan yang terbatas karena faktor cuaca yang tidak mendukung. Adapun kenaikan cabai rawit dan cabai merah disebabkan oleh pasokan yang menurun akibat curah hujan yang tinggi.

Sementara itu, beberapa komoditas yang menyumbang deflasi di Kab. PPU adalah daging ayam ras, sawi hijau, bayam, kangkung, dan kol putih. Penurunan harga daging ayam ras sejalan dengan ketersediaan pasokan yang cukup di level distributor. Sementara itu, penurunan sawi hijau, bayam, kangkung, dan kol putih dipengaruhi oleh hasil panen yang meningkat dan ketersediaan pasokan yang cukup.

Selanjutnya, inflasi yang terjadi di Kota Balikpapan dan Kab. PPU pada Maret 2025 lebih dipengaruhi oleh peningkatan demand pada periode HBKN Idul Fitri dan normalisasi stimulus kebijakan pemerintah terkait tarif tenaga listrik (memiliki bobot konsumsi tinggi). Ke depan, peningkatan harga tetap perlu diwaspadai sejalan risiko kondisi cuaca buruk yang akan memengaruhi ketersediaan stok sejumlah komoditas bahan pokok dan tetap kuatnya permintaan.

Peningkatan potensi dari sisi permintaan tersebut selaras dengan hasil survei Konsumen di Kota Balikpapan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan pada Maret 2025 yang menunjukkan bawah level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini masih menunjukkan tingkat optimisme terhadap kondisi ekonomi (nilai indeks di atas 100), meningkat dibanding bulan sebelumnya.

Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat sebesar 130,3. Lebih lanjut, keyakinan konsumen yang tetap optimis juga terkonfirmasi oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan ekspektasi kondisi ekonomi ke depan (IEK) dengan nilai indeks yang juga pada level optimis (nilai indeks di atas 100).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Kab. Penajam Paser Utara, dan Kab. Paser akan terus bersinergi untuk melakukan pengendalian inflasi antara lain melalui: i) pemantauan tingkat harga sejumlah komoditas bahan pokok secara periodik; ii) identifikasi, dan mitigasi risiko peningkatan harga, serta kebijakan pengendaliannya yang ditetapkan dalam high level meeting TPID; iii) mendorong penguatan, dan perluasan kerja sama antar daerah (KAD), serta peningkatan efektivitas toko penyeimbang; iv) pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar secara periodik; dan v) gerakan pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.

Ke depan, Bank Indonesia akan senantiasa bersinergi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga tingkat inflasi daerah pada rentang sasaran inflasi nasional 2025, yaitu sebesar 2,5% ± 1% serta menetapkan dan mengimplementasikan roadmap pengendalian inflasi daerah tahun 2025-2027.

Tinggalkan Komentar