Mampu Produksi 90.000 kbph, RFCC KPB Tungku Residu Terbesar di Indonesia

Kilang Balikpapan

BALIKPAPAN, Gerbangkaltim.com,– PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) terus menggenjot penyelesaian pembangunan  Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Salah satu yang dikejar pembangunannya adalah instalasi unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang terbesar di Indonesia.

Prosedur pemasangan unit RFCC ini dilakukan dengan perencanaan matang oleh tenaga ahli dan menggunakan Giant Crane Sarens SGC-90 dengan kapasitas 2800 Ton yang merupakan salah satu Electric Ring Crane raksasa di dunia.

Fasilitas pengolahan residu ini  diharapkan beroperasi pada September 2025 mendatang. Instalasi ini dirancang memiliki kapasitas produksi sebesar 90.000 barrel per hari.  RFCC yang dibangun ini  diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas kilang Pertamina melalui pengolahan residu menjadi produk bernilai tinggi.

“Jadi RFCC ini fungsinya adalah untuk mengubah bottom product menjadi hight qualified product, berupa gasoline, disel dan juga asa avture,” ujar, Engineer I Field Civil and Structure, Rian Hidayatullah, dalam Kunjungan Jurnalis Kaltim ke Kilang PT KPB.

Produk Residu Dari Kilang Dapat Diolah Kembali

Rian Hidayatullah menjelaskan, selama ini Kilang Pertamina di Balikpapan selalu mengirimkan bottom poductnya untuk diolah lagi di Kilang Pertamina IV Cilacap dan Kilang Pertamina VI Balongan.

“Nah setelah selesai, proyek RFCC ini nantinya, maka buttom poductnya tidak dikirim lagi keluar daerah, namun diolah di Balikpapan,” jelasnya.

Kapasitas RFCC di Balikpapan ini sebesar 90 ribu barel perhari, dan ini merupakan RFCC terbesar di Indonesia, setelah Kilang Balongan 62 ribu barel perhari dan Kilang Cilacap yang 82 ribu barel perhari.

Dikatakannya, RFCC ini juga dilengkapi dengan Main Fractionator, yang akan memecah fraksi residu dan diolah berdasarkan suhu atau titik didihnya. Disini, akan dipisahkan gaslonie, disel, avtur dan LPG.

“Jadi RFCC ini memiliki keistimewaan, dimana bottom product atau product sampah kilang bisa dioleh kembali untuk menjadi produk yang bermanfaat. Selain itu, kualitas produknya juga meningkat dari produk euro II yang kadar sulfurnya 500 ppm, menjadi produk euro V yang kadar sulfurnya 10 ppm. Jadi lebih hemat energi dan ramah lingkungan,” kata Rian Hidayatullah.

Pertamina Dapat Kepercayaan dari Pembiayaan Luar Negeri

kilang2VP Legal dan Relation PT KPB Asep Sulaeman mengatakan, Kilang Pertamina Balikpapan akan menaikan tiga “tas” yakni Kapasitas yang dari semula memproduksi 260 ribu barel perhari menjadi 360 ribu barel perhari, Kualitas yang semula produksinya euro II menjadi euro V yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, kemudian Kompleksitasnya dari 3,7 NCL menjadi 8,0 NCL.

“Dan saat ini, progres pembangunan kilang ini sudah mencapai 91,21 persen, mudah-mudahan tahun depan sudah dapat beroperasi, mohon doanya dari semua,” ujar Asep Sulaeman.

Diakuinya, kilang ini merupakan karya anak bangsa, meskipun teknologinya masih menggunakan teknologi dari luar negeri, dimana kilang ini dibangun oleh 4 kontraktor. Dua dari luar negeri SK Engineering & Construction Co Ltd dan  Hyundai Engineering Co Ltd. Kemudian dua dari dalam negeri  PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero).

“Kenapa karya anak bangsa, karena Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga mencapai 35,12 persen,” tegasnya.

Asep Sulaeman menambahkan, total investasi yang digelontorkan dalam proyek  sebesar 7,4 Miliar Dollar AS atau sekitar Rp110 triliun. Dimana proyek ini sebenarnya merupakan proyek financing atau pembiayaan dari sejumlah negara luar.

“KPB ini mendapatkan pembiayaan dari sejumlah negara diantaranya Korea, Italia dan beberapa komersial bank sebesar 3,51 Miliar Dollar AS. Ini merupakan pembiayaan terbesar se-Indonesia, dan kita patut bangga, memang utang namun ini bukti kepercayaan dunia atau luar negeri kepada Pertamina,” ucapnya.

Hasilkan Produk BBM dan Non BBM

kilang3Sementara itu,  Jr. Officer II Media, Ext. Relation & Communication, Ibnu Khorul Fajar mengatakan, proyek pengembangan kilang ini awalnya melibatkan 26.000 pekerja dan itu rekor terbesar di Indonesia. Namun sampai saat tersisa  sekitar 13.000 pekerja.

“Pasalnya, pengerjaan proyek ini tinggal menyelesaikan beberapa tahapan finishing saja,” jelasnya.

Dalam pelaksanaan proyek ini, kata Ibnu, bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas pengolahan kilang minyak, serta mendukung kemandirian energi nasional dengan prestasi capaian 91,7  juta jam kerja aman.

Dijelaskan, jika nantinya kilang ini beroperasi penuh maka akan mampu menghasilkan produk BBM seperti Gasoline dari 42 kbpd menjadi 142 kbpd, Solar dari 125 kbpd menjadi 156 kbpd dan Avture dari 30 kbpd menjadi 41 kbpd.

Kemudian produk Non BBM, mulai dari LPG dari 48 ktpa menjadi 384 ktpa, Propylene dari sebelumnya O menjadi 225 ktpa dan Sulphur dari 0 ktpa menjadi 58 ktpa.***

Tinggalkan Komentar