Melalui Membatik, Pertamina Tingkatkan Soft Skill Bagi Difabel

Pertamina
PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui Integrated Terminal Balikpapan melalui program (TJSL) Tanggung Jawab Sosial Lingkungan yang dinamakan “Permadani” (Pertamina Membatik Bersama Disabilitas Inovasi). Selasa (16/7/2024)

Balikpapan, Gerbangkaltim.com – Keterbatasan fisik tak serta menghalangi ruang gerak kreativitas kelompok disabilitas untuk berkarya, salah satunya dengan membatik. Sejalan dengan itu, PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui Integrated Terminal Balikpapan melalui program (TJSL) Tanggung Jawab Sosial Lingkungan “Permadani” (Pertamina Membatik Bersama Disabilitas Inovasi).

Membatik Sebagai karya seni yang dapat membangkitkan gairah semangat penciptanya. Hal ini terbukti dengan Kelompok Permadani yang dibentuk awal tahun 2023, kini semakin eksis dan berkembang.

Namun, persaingan dengan produk lain tentunya ikut mempengaruhi pemasaran produk. Sehingga, melalui program (TJSL) Pertamina IT Balikpapan kembali melakukan kegiatan peningkatan kapasitas (upskilling) kelompok permadani yang terdiri pada beberapa sesi.

Dari Tanggal 10 hingga 14 Juli 2024, Pertamina IT Balikpapan melaksanakan pelatihan menggambar motif batik, dengan harapan Permadani dapat memiliki karakter (khas) motif batiknya sendiri dan dapat diterbitkan hak cipta. Setelah sesi menggambar, kelompok melanjutkan materi mencanting, mewarnai hingga tahap final, pencucian.

Arya Yusa Dwicandra selaku Area Manager Communication, Relations & CSR Regional Kalimantan, mengungkapkan “Berbagai kegiatan pelatihan ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan aktif dan mandiri yang sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Program yang kami susun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan tetap berpegang pada pengembangan pilar sosial, ekonomi, lingkungan dan tata kelola,” jelasnya.

Didampingi pemateri Ibu Eka Rahayu yang merupakan pemilik E’ Batik Borneo (EBABON), kelompok menyampaikan bahwa meskipun alur prosesnya sama dengan proses pembatikan yang sudah mereka lakukan, tetapi dengan pendampingan Ibu Eka terdapat tips dan trik yang baru kelompok pahami. Seperti takaran pewarna akhir (water glass) yang tidak memerlukan tambahan air sehingga hasil tidak luntur. Proses pencucian batik yang tidak menyisakan lilin pada kain dan lain sebagainya.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kelompok dapat lebih aktif dan inovatif untuk dapat memasarkan batiknya. Sehingga, teman-teman penyandang disabilitas dapat memiliki karya dan meningkatkan kemandirian individu maupun kelompok.

Tinggalkan Komentar