Memperkuat Semangat  Kepahlawanan di Hari Guru  sebagai upaya mewujudkan Paser MAS (Maju, Adil dan Sejahtera)

 Oleh : Dr. Kasrani, M.Pd

DIKUTIP dari situs staibanisaleh.ac.id, Hari Guru Nasional berawal dari perjuangan para guru melalui Persatuan Guru Hindia Belanda pada tahun 1912. Organisasi ini beranggotakan guru desa, kepala Sekolah, dan pemilik sekolah yang umumnya ditugaskan di Sekolah Rakyat dan Sekolah Desa.

Pada tahun 1942, organisasi ini berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia, Setelah Indonesia merdeka, barulah organisasi ini kembali berjalan. Pada tanggal 24-25 November 1945, organisasi ini menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia. Pada kongres tersebutlah, tanggal 25 November ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional. Setiap tahunnya Hari Guru Nasional mengusung tema yang berbeda-beda. Nah, tema Hari Guru Nasional 2021 ini adalah ‘Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan’.

Dengan memperingati Hari Guru, menjadi sumber energi baru bagi guru untuk mewujudkan Guru Profesional  Sebagaimana dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ini menunjukkan bahwa mengajar adalah aplikasi khusus pengetahuan, keterampilan, dan atribut yang dirancang untuk memberikan layanan unik untuk memenuhi kebutuhan pendidikan individu dan masyarakat. Pilihan kegiatan belajar di mana tujuan pendidikan diwujudkan di sekolah adalah tanggung jawab profesi guru.

Oleh sebab itu profesionalisme keguruan dalam Pendidikan. Membutuhkan pengetahuan profesional para guru untuk memanfaatkan pengetahuan dan penelitian profesional untuk menanggapi kebutuhan siswa dalam konteks pendidikan mereka,

Tanggal 25 November setiap tahun,  insan pendidikan akan memperingatinya sebagai Hari Guru Nasional  (HGN). Peringatan  Hari Guru tersebut sebagai bentuk eksistensi pendidik yang dengan tulus, ikhlas memberikan ilmu pengetahuan yang dipunyai untuk mencerdaskan bangsa.

Kepahlawanan para pendidik hari ini kiranya perlu disadari oleh peserta didik zaman now ditengah maraknya sikap kurang terpuji kepada guru. Apalagi, posisi guru yang dulu sebagai sumber primer pengetahuan, hari ini perannya terasa tergantikan oleh derasnya teknologi dan informasi.

Hadirnya internet mau tidak mau menjadi kompetitor terhadap guru. Internet dengan segala kecanggihannya mampu menampilkan keinginan pengguna terhadap aneka konten baik berbentuk naratif, foto, dan video. Sehingga keserbacanggihannya mampu memanjakan peserta didik untuk kemudian “lebih percaya” hasil informasi di google dari pada informasi guru. Alhasil, guru tanpa jasa akan selamanya menjadi merek paten yang jasa kepahlawanannya tidak dikenang dan mudah lapuk diingatan peserta didik. Hanya kenangan “galak” itulah yang membekas untuk mengingat akan guru semasa di sekolah.

Di era keniscayaan teknologi dan informasi, cita-cita menjadi guru yang berjasa di zaman now adalah suatu keniscayaan,  hakikat dan martabat guru perlu direkonstruksi ulang sehingga keberadaannya menjadi bermakna bagi peserta didik. Kebermaknaan itu, tidak hanya saat terjadinya kegiatan belajar mengajar (KBM) melainkan pasca purna belajar belajar peserta didik, tutur, sikap dan perilaku guru menjadi kenangan tidak terlupakan oleh mereka untuk ditiru sampai kapan pun.

Guna meneguhkan guru sebagai pahlawan yang berjasa, ada hal berikut yang perlu dilakukan. Pertama, memiliki profesionalisme tinggi. Artinya, guru dengan gelar akademik yang dimiliki perlu punya jiwa haus akan pengetahuan sebagai bekal mendewasakan bentuk tranformasi pengetahuan yang adaptif. Bisa dengan menambah jenjang strata pendidikan, atau memiliki jiwa literasi yang tinggi baik terhadap diri sendiri maupun sosial. Sehingga keberadaan intelektualitas guru sebanding dengan kuantitas informasi yang cukup searching di dunia maya.

Dengan semakin profesional guru dari sisi akademik, peserta didik tentu akan sangat memuliakannya sebab kekayaan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, membaca, meneliti (membuat PTK) dan mengikuti seminar bagi guru mutlak dilakukan seiring dengan kecanggihan teknologi dan informasi yang terus berkembang. Tidak lain agar keberadaan guru tetap melekat dihati peserta didik sebagai sarana transformasi pengetahuan yang humanis.

Kedua, punya kompetensi tambahan. Artinya guru dituntut untuk mempunyai kompetensi (kemampuan atau kecakapan) tambahan di luar tugas sebagai seorang guru. Adapun kompetensi yang sebidang dengan dunia pendidikan yang relevan adalah kompetensi menulis.  Agar guru bisa memiliki kompetensi menulis, yang harus dilakukan adalah punya kepekaan untuk segera mencatat bila sewaktu-waktu ide menulis itu muncul.

Adapun yang ketiga, guru perlu memiliki karya. Karya itu bisa berupa inovasi pembelajaran hingga kemudian berhasil menjuarai perlombaan, hingga karya cetak dalam bentuk buku, PTK, artikel populer, puisi, cerpen, yang tayang di media cetak atau online. Karya tersebut juga sebagai bukti bahwa profesi guru yang diemban tidak setagnan, melainkan dioptimalkan guna melahirkan karya inovatif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Salah satu dampak pandemi COVID-19 menerpa di bidang pendidikan. Sejak ditetapkan sebagai bencana nasional, pemerintah Indonesia melalui menteri Pendidikan Nasional membuat kebijakan pendidikan melalui tatap muka menjadi pembelajaran di rumah. Artinya kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Sistem inilah yang banyak dijumpai dan berkendala.

Kesiapan sekolah atau madrasah menjadi kunci keberhasilan perubahan sistem pendidikan online. Pemerintah pun memberikan kemudahan kepada sekolah di dalam memberikan penilaian.      Perubahan kebijakan pembelajaran online tentunya mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Penggunaan teknologi juga banyak mengalami masalah. Banyak faktor yang menghambat pendidikan daring ini seperti penguasaan teknologi, sarana prasarana, jaringan internet dan biaya.

Pendidikan kita harus bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Penguasaan teknologi harus dimiliki oleh setiap orang tua, siswa dan guru. Tidak semua orang tua, siswa dan guru melek teknologi. Pada umumnya guru senior belum mampu menguasai teknologi. Ada yang mau belajar penggunaan teknologi dan ada yang tidak mau belajar akan penggunaan teknologi. Masih banyak para guru yang belum bisa memahami tentang cara menggunakan teknologi yang semakin canggih. Di masa pandemi dan masa memulai aktifitas tatap muka diperlukan guru yang profesional  dalam membimbing siswa mengingat budaya siswa sebelum pandemi dan sekarang ini akan berpengaruh pada perkembangan belajar siswa sehingga diperlukan strategi untuk menjadi guru profesional  guna mempercepat   mewujudkan Paser  MAS (Maju adil dan sejahtera)

 

Penulis adalah   Sekretaris YPLP PGRI Kabupaten Paser

 

Tinggalkan Komentar