Mengangkat Citra Polri Melalui Film
KITA memasuki masa generasi millenial di mana generasi ini salah satu cirinya lebih menkmati visualisasi langsung ketimbang berimajinasi melalui tulisan. Lihat saja semakin banyak channel youtube bermunculan yang diisi dengan video kreatif, mulai hal yang konyol sampai yang bersifat memamerkan teknologi. Youtuber cilik juga banyak bermunculan.
Humas Polri menangkap peluang tersebut dengan mulai mengangkat kisah-kisah polisi ke layar lebar.
Selama ini mungkin kita lebih banyak melihat peran polisi dalam sinetron, yang hanya muncul sekilas saat akan menangkap penjahat.
Memang sudah ada beberapa program yang menampilkan kinerja polisi di beberapa stasiun televisi. Akan tetapi mengangkat kisah kehidupan polisi ke layar lebar juga dirasa perlu. Generasi sekarang bisa dibilang mulai jarang melirik televisi. Mereka lebih senang berselancar di dunia maya, mengakses media sosial, dan jika keluar dari rumah kebanyakan waktu dihabiskan di mall untuk bertemu dan berkumpul dengan teman. Salah satu kegiatan yang umum dilakukan adalah menonton film di bioskop.
FILM 22 MENIT
Tahun 2018 film “22 MENIT” yang mengisahkan perjuangan Polri dalam menangkap pelaku Bom Thamrin yang terjadi pada tahun 2016. Film ini dibintangi oleh Ario Bayu, Ade Firman Hakim, Fanny Fadillah, Ence Bagus, Ardina Rasti, Hana Malasan, Taskya Namya, dan Mathias Muchus.
Sisi humanis anggota Polri terlihat dalam film ini, yakni seorang polisi juga memiliki keluarga dan juga harus siap mempertaruhkan nyawa saat sedang menjalankan tugas. Sebelum bekerja anggota polisi yang sudah berkeluarga tentu juga sama dengan kita, mengantar anak pergi ke sekolah. Saat di lapangan, tak hanya memikirkan untuk meringkus pelaku kejahatan, tetapi juga harus mengamankan masyarakat yang berada di lokasi kejadian.
Pesan antiterorisme disampaikan melalui film ini kepada masyarakat, bagiamana bahaya terorisme, sekaligus mengajak seluruh elemen untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanggulangan terorisme di Indonesia. Sebagian keutungan dari hasil penjualan tiket fim ini disumbangkan ke keluarga dan korban bom Thamrin Jakarta.
Selain itu, di film berdurasi 80 menit juga ditampilkan beberapa unit kendaraan taktis serta beberapa jenis senjata yang dimiliki polri. Masyarakat kita mungkin ada yang belum mengetahui polri juga memiliki beragam jenis senjata yang canggih. Meski bukan bagian dari program divisi humas polri, film ini tetap mendapat dukungan penuh dari pihak kepolisian. Para pemeran polisi mendapat pelatihan serta pengenalan persenjataan.
FILM POHON TERKENAL
Pohon Terkenal film yang digagas oleh Divisi Humas Polri. Menceritakan tentang lika liku kehidupan taruna dan taruni yang sedang belajar di akademi kepolisian (akpol). Diperankan oleh Umay Shahab, Laura Theux, dan Raim Laode. Istilah Pohon Terkenal di dunia akpol adalah taruna atau taruni yang suka berulah dan di setiap angkatan pasti ada yang menjadi pohon terkenal.
Melalui film ini Humas Polri mencoba memperkenalkan dunia akpol kepada masyarakat, mulai dari proses penerimaan yang bersih dan gratis, hingga saat proses pendidikan. Sisi humanis dari taruna dan taruni yang memasuki masa remaja yang harusnya menikmati kebebasan, harus terbiasa dengan aturan dan didikan yang ketat.
Dunia Akpol yang banyak belum diketahui masyarakat umum, yang selama ini kebanyakan beranggapan bahwa akpol kaku dan tegas. Di film ini digambarkan dinamika kehidupan remaja para taruna dan taruni yang sama seperti remaja lainnya. Hanya saja mereka yang masuk di Akpol merelakan kehidupan remaja mereka demi mengabdi kepada negara. Para taruna dan taruni di Akpol sebenarnya sama saja dengan para remaja pada umumnya. Terkadang melakukan kenakalan remaja hingga terlibat percintaan yang tentunya dilarang dalam dunia Akpol.
Hanya karena mereka berseragam dan ada di dunia kepolisian, kita sering lupa bahwa para taruna taruni juga remaja biasa. Remaja yang suka berkhayal, canda dan tawa serta penuh gejolak. Akan tetapi kebebasan mereka terbatas dengan adanya disiplin yang ketat demi menjadi abdi negara.
Mereka harus melewati disiplin keras demi membentuk kepribadian seorang calon polisi yang kelak mengabdi kepada masyarakat. Diharapkan para remaja yang bercita-cita ingin menjadi polisi bisa mendapatkan gambaran mengenai dunia Akpol melalui film ini. Siapa pun bisa menjadi polisi, mau dari kalangan mana pun, mau dari daerah mana pun bisa, karena masuk polisi tidak dipungut biaya. Yang penting memiliki niat serta kemampuan fisik dan mental sesuai yang dipersyaratkan.
Manfaat menonton film
Film yang bisa dinikmati semua kalangan umur tentunya bisa terus menjadi pilihan bagi polri untuk lebih memperkenalkan sisi lain dari dunia kepolisian. Stigma negatif tentang polisi yang berkembang di masyarakat diharapkan bisa mulai terganti dengan pandangan positif.
Kebiasaan menonton film tentunya membawa manfaat asal jangan terlalu berlebihan. Banyak hal baru bisa kita ambil pelajaran melalui film yang kita tonton. Pengetahuan baru bisa diperoleh dengan menonton film. Film bisa menghilangkan stress, dan melalui film bisa timbul kesadaran sosial. Isu-isu serta pesan moral yang tersirat dalam film bisa dengan cepat ditangkap oleh penonton dibanding hanya melalui membaca teks tulisan.
Dari film “22 Menit” bisa kita peroleh tentang bahaya terorisme yang harus kita perangi bersama. Dari film pohon terkenal kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana proses penerimaan polisi yang bersih serta dunia pendidikan polisi. Respon positif dari penikmat film terlihat dari antusias penonton saat menonton film “22 Menit” dan film pohon terkenal. Tak sedikit yang menonton film ini lebih dari 1x karena memang kemasan serta visualisasi film cukup menarik.
Semoga kedepannya akan muncul lagi film-film sosialiasasi dunia kepolisian kepada masyarakat yang dikemas dengan baik dan menarik sehingga dapat dinikmati semua kalangan.(tri widodo)*
*Penulis jurnalis tinggal di Balikpapan
BACA JUGA