Momentum Hardiknas Perkuat Literasi Masyarakat

 

Oleh : Dr. Kasrani
Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Paser

 

MENURUT  UNESCO ”The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas sebuah individu, keluraga, dan masyarakat karena sifatnya yang “multiple effect” atau dapat memberikan dampak yang sangat luas seperti membentuk kepribadian yang menyenangkan, menciptakan suasana damai, memberantas kemiskinan, dan terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Lalu, cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan kemampuan literasi yaitu melalui pendidikan. “Knowledge is power”.

Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting dalam hidup kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat melek huruf di negara tersebut. Orang berpendidikan diharapkan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Secara historis, menurut Tarwotjo dalam Wiyanto (2006) dalam pengantar bukunya yang berjudul Terampil Menulis Paragraf, produk dari aktivitas literasi berupa tulisan adalah sebuah warisan intelektual yang tidak akan kita temukan di zaman prasejarah. Dengan kata lain, apabila tidak ada tulisan, sama saja kita berada di zaman prasejarah. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan dari generari ke generasi, bahkan hingga berabad-abad lamanya.

Dalam dunia pendidikan, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran maupun buku bacaan yang lainnya merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga lembaga sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda termasuk pelajar dan mahasiswa untuk membudayakan kegiatan literasi.

Menurut Lerner (1988:349), kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini, terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

“Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Kutipan dari Ki Hajar Dewantara tersebut artinya memberi contoh, ditengah memberi semangat, dan di belakang memberikan daya kekuatan. Kutipan tersebut memberi pengajaran bahwa pendidikan dan literasi sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kemajuan suatu negara tergantung pada pola pikir masyarakatnya. Contoh singkatnya yaitu tingkat melek huruf di suatu negara. Hasil dari aktivitas literasi yaitu berupa tulisan. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yang dapat diwariskan untuk generasi penerus bangsa. Selain itu, tulisan juga merupakan bukti sejarah peradaban manusia yang berupa peristiwa, pengalaman, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang ada di masa lampau.

Pada era milenial seperti sekarang ini, khususnya di dunia pendidikan, tulisan sangat diperlukan. Buku-buku pelajaran maupun buku bacaan merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan membaca, proses transformasi ilmu tidak akan berjalan. Hal ini membuktikan betapa pentingnya menulis dan membaca bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya dan mendorong generasi muda untuk membudayakan.

Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui pembiasaan membaca buku nonpelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai sekarang ini juga sudah diterapkan di sekolah-sekolah. Jenis buku yang dibaca beragam, tidak harus buku pelajaran, bisa juga buku-buku sastra, seperti cerpen, novel, dll. Tujuan kegiatan membaca tersebut adalah untuk membudayakan cinta membaca, tapi mengapa Indonesia masih menjadi negara yang minim literasi?.

Hal yang paling mendasar adalah kurangnya dorongan dari keluarga akan pentingnya literasi dan buku merupakan sumber informasi yang sangat penting, dan sudah seharusnya keluarga menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Faktor kedua adalah kurang meratannya pendidikan di Indonesia yang di mana sebagian daerah masih kekurangan akses dalam dunia pendidikan contohnya buku pendidikan yang masih minim di daerah kecil dibandingkan dengan di kota, sehingga terjadi kesenjangan pendidikan antara kota dan daerah.

Majunya pendidikan Indonesia juga nantinya akan berdampak pada segala aspek, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang maju, oleh sebab itu sistem pendidikan di  Indonesia harus lebih diutamakan. Sehingga Indonesia maju dalam berbagai hal, dengan begitu masyarakat Indonesia tidak akan mudah terkena hoaks atau informasi palsu sebab masyarakatnya sudah mempunyai budaya literasi yang tinggi dan dengan sendirinya masyarakat akan menyaring informasi yang mereka dapatkan, Sudah seharusnya masyarakat sadar akan pentingnya literasi tak hanya para pelajar tapi seluruh warga negara Indonesia.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Tahun 2023, kami mengajak mari kita jadikan momentum Hari Pendidikan untuk meningkatkan semangat Litetrasi masyarakat menuju Indonesia EMAS. Banyak cara kita meningkatkan literasi, apa lagi di era digital sudah banyak buku yang bisa dibaca dengan menggunakan handphone dan hanya membutuhkan sedikit kuota internet kita sudah bisa membaca buku yang kita suka, tidak ada alasan untuk kita tidak meningkatkan literasi yang kita punya, dengan adanya internet membuat kita mudah mengakses segala informasi yang ada di mana saja dan hal ini akan menambah pengetahuan yang kita dapat sebelumnya, dengan begitu Indonesia diharapkan tidak akan menjadi negara yang minim literasi lagi dan dapat menjadi negara yang maju ke depannya.

Dan kami juga mengajak mari kita mulai dari lingkungan terkecil lingkungan keluarga masing-masing, kemudian kita lanjutkan dengan bergandeng tangan bekerja sama sebagai generasi penerus bangsa, kita harus bisa berkarya dengan kemampuan dan kreativitas yang kita miliki agar kita tidak ketinggalan dengan negara berkembang lainnya, kita harus bisa menjadi pelopor penggerak masyarakat untuk berkreativitas dengan menjadikan literasi sebagai budaya yang tidak kalah menyenangkan dari budaya luar negeri. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa jangan pernah berhenti berkarya dan berkontribusi dalam literasi. Baik literasi digital, media, sains, dan lain sebagainya,
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2023, Momentum Hardiknas Perkuat Literasi Masyarakat. ”Olomanin Aso Buen Siolondo”

 

Tinggalkan Komentar