PANCASILA INTI HIDUP INDONESIA
“1 Juni menjadi kesadaran kita akan pentingnya Pancasila dalam moral publik, sehingga Pancasila harusnya dijadikan sebuah spirit untuk membangun peradaban bangsa. Selamat merayakan Hari Lahir Pancasila, bangsa Indonesia.” (Antonius Benny Susetyo-Stafus Ketua Dewan Pengarah BPIP)
GERBANGKALTIM.COM– Hari Lahir Pancasila 1 Juni selalu dirayakan secara serentak dan nasional di seluruh Indonesia. Seringkali pertanyaan muncul: mengapa kita harus merayakan Hari Lahir Pancasila?
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyatakan bahwa hari lahir Pancasila harus dirayakan secara serentak dan nasional karena Pancasila adalah dasar negara Indonesia untuk merdeka.
“Pada sidang BPUPK, dr. Radjiman bertanya kepada anggota untuk mengemukakan pendapatnya, tetap pertanyaan mendasar: apa dasar Indonesia merdeka? Dan hanya Soekarnolah yang dapat menjawabnya,” jawabnya.
“Pancasila adalah dasar kita bersama, ideologi, falsafah, kepribadian dan juga mampu mewujudkan cita-cita merdeka bangsa Indonesia. Maka Bung Karn membawa kita kepada bangsa yang memiliki peradaban,” lanjutnya.
Pakar komunikasi politik ini juga mengajak masyarakat agar 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila diresapi.
“1 Juni mengingatkan kita kesadaran bahwa lahirnya Pancasila itu sebagai pintu kemerdekaan dan menjadi habituasi bangsa. Maka, nilai Pancasila harus dijadikan keutamaan,” tuturnya.
“Pancasila bukan sekedar moral privat: hafal sila-silanya, hafal butir-butirnya, tetapi juga moral publik; arah kebijakan, arah membangun bangsa dan arah orientasi hidup bangsa Indonesia seluruhnya harus berdasar pada nilai Pancasila,” katanya.
Lanjut Benny, etika politik bangsa Indonesia harusnya berkiblat pada Pancasila, sebagai perwujudan moral publik.
“Etika politik yang kita butuhkan semuanya sudah tertanam dalam jiwa Pancasila. Ketika nilai-nilai Pancasila diyakini kebenarannya, maka kesadaran relasional akan tumbuh bersama dengan kesadaran bahwa Pancasila adalah kewajiban yang harus dijalankan. Dalam hal ini Pancasila adalah perintah sekaligus moralitas.”
Salah satu pendiri Setara Institute ini pun menekankan pada kontinuitas antar nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila.
“Ketika kita mencintai Tuhan (nilai Ketuhanan), berarti kita akan konsisten menjaga kemanusiaan (nilai kemanusiaan). Dalam ruh persatuan, maka tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah (nilai persatuan). Tak ada minoritas maupun mayoritas, itulah musyawarah. Musyawarah itu win-win, bukan win-lose (nilai musyawarah dan kerakyatan). Saat kita sama-sama melakukan win-win solution, kita bisa menerima perbedaan dan adil. Itulah nilai keadilan sosial,” imbuhnya. (GK)
BACA JUGA