Pendidikan, Problem “Klasik” Balikpapan

GERBANGKALTIM.COM – Mantan Ketua DPRD Balikpapan dua periode H. Andi Buharnuddin Solong (ABS) mengapresiasi pesatnya perkembangan Kota Minyak di tengah perayaan hari jadi ke-122 tahun.

Meski begitu, ABS sapaan akrabnya juga mengirim pesan untuk pemangku kebijakan di kota ini, bahwa masih ada sejumlah problem “klasik” yang belum berhasil diatasi sejak dulu.

 Pasalnya, dibalik gemerlap dan pesatnya pembangunan, kota ini juga masih menyimpan beragam persoalan “klasik” di berbagai sektor kehidupan masyarakat.  Problem kemiskinan, pengangguran, maraknya pekerja seks komersial (PSK), belum meratanya pendidikan, narkoba, kenakalan remaja, masalah banjir, tanah longsor dan lainnya, adalah fakta yang juga tidak bisa ditampik.

Balikpapan memang meraih sederet prestasi mentereng belakangan ini. Mulai penghargaan Adipura Kencana, Kota Terbersih di ASEAN, hingga kota paling dicintai di dunia, serta puluhan penghargaan lainnya.  Hanya saja, penghargaan itu bisa saja terkesan “semu”, jika beragam problem klasik yang terjadi di masyarakat, tidak bisa diatasi.

Pekerjaan besar itulah, yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang mesti dijawab oleh siapapun yang diamanati memimpin Kota Balikpapan, termasuk para calon anggota legislatif (caleg) yang akan berkompetisi di pemilu legislatif, 17 April 2019 mendatang.

“Ada lima hal yang belum sepenuhnya bisa diselesaikan pemimpim Balikpapan sampai perayaan hut ke-122 kota ini,” kata ABS di acara silaturahim Ikatan Alumni Keluarga SMP Negeri 2 Balikpapan (IKAM) di Rumah Makan Pondok Indo Kuliner Balikpapan Baru, Senin (11/2) malam.

Adapun kelima problem “klasik” itu, terang ABS ia rangkum dalam konsep  “Kota Lima Dimensi”. Yaitu, sebagai Kota Industri,  Jasa dan Perdagangan, Pariwisata, Pendidikan dan Kebudayaan, Budaya dan Adat Istiadat. Menurut ABS, apa yang disampaikannya ini, sebagai jawaban atas tantangan Balikpapan di hari jadi ke-122 saat ini dan tantangan ke depan.

Bahwa pembangunan yang begitu pesat, perlu ditopang dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai, yang memiliki konsep dan pemikiran andal. “Untuk memajukan dan membangkitkan semangat pembangunan di Kota Balikpapan, diperlukan infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang berkualitas,” ucapnya.

KURANG SEKOLAH NEGERI

Hanya saja, dari sisi infrastruktur pendidikan, terutama bangunan sekolah, tidak berbanding lurus. Hampir tiap tahun, masyarakat Balikpapan dibuat “resah” dengan keterbatasan daya tampung sekolah negeri. “Kita sudah merdeka 74 tahun. Tapi di kota semaju Balikpapan hampir tiap tahun problem pendidikan penerimaan siswa baru selalu terjadi dan memprihatinkan,” ujarnya.

ABS mengungkapkan, jumlah sekolah negeri untuk SD di Balikpapan sebanyak 136 unit, SMP 23, SMA 9 dan SMK 6 unit. “Jumlah itu, selalu tidak imbang dengan lulusan yang dihasilkan. Misalnya, lulusan SD tiap tahun sekira 10 ribuan, sementara daya tampung SMP negeri hanya 5 ribuan siswa. Memang, sudah ada sekolah swasta, tapi problemnya tetap belum teratasi dengan baik,” ujarnya.

 Pemimpin Balikpapan, baik itu eksekutif maupun legislatif, diminta ABS untuk fokus dan memprioritaskan hal ini. “Kita setuju infrastruktur dan sektor lain tetap berjalan, tapi sektor pendidikan utamanya infrastruktur sekolah, wajib diutamakan. Di era saya saat di DPRD, sejumlah sekolah negeri berhasil dibangun. Misalnya, SMAN 9, SMKN 6 dan lainnya. Harapannya, upaya ini terus berlanjut siapapun yang memimpin Balikpapan,” tutur dia.

ABS menyadari, Balikpapan bukanlah kota pelajar.  Namun ke depan, Balikpapan diyakininya akan mampu mengejar kota lain, utamanya di aspek kualitas sumber daya manusia (SDM).

Buktinya, selain berkembang pesatnya perguruan tinggi swasta seperti Universitas Balikpapan (UNIBA), Universitas Mulia, STT Migas, STIEPAN, hingga Poltkeba,–belakangan juga dibangun pemerintah Institut Teknologi Kalimantan (ITK)—yang di tahap awal bersinergi program dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Dengan demikian, akselerasi peningkatan mutu SDM akan jauh lebih cepat dari sebelumnya.

Sebagai Kota Industri, kata ABS, tidak bisa tidak, Balikpapan harus menyiapkan lahan yang cukup luas. Salah satunya di Kariangau. Namun ia mengingatkan, sebagai kawasan industri, semua pihak harus tetap menjaga keselarasan antara pemanfaatan kawasan dengan keramahan lingkungan.

Begitu pula di sektor jasa dan perdagangan, disebutnya perlu dipikirkan secara serius—berbarengan dengan pesatnya perkembangan kota ini. Yaitu, sektor jasa dan perdagangan hendaknya sesuai dengan potensi yang ada dan dikembangkan Balikpapan.

 Keberadaan Bandara Internasional  Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, pelabuhan laut yang memadai—termasuk hadirnya Terminal Petikemas Terpadu Kariangau di Km 13, hingga jalur transportasi darat dan laut, pada gilirannya diharapkan mampu member manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat—khususnya pelaku usaha, yang ujungnya berimbas pada perekonomian rakyat.

KOTA PENTING KALTIM

Balikpapan nantinya, diyakini ABS akan lebih cepat maju seperti kota lain di Indonesia.  “Pembangunan di Balipapan perlu dirancang dengan baik.  Balikpapan adalah kota penting di Kaltim dan dapat berkembang pesat, mencapai cita-citanya membentuk masyarakat Madani, sejahtera, aman dan sentosa, yang diridhoi Allah Yang Maha Kuasa,” kata ABS.

Lalu dari mana memulai semua itu? ABS mengungkapkan, semuanya diawali dari peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Lalu, disusul peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintahan, pembangunan sarana dan prasarana umum untuk masyarakat, pendidikan dan kesehatan gratis.

Tidak kalah penting, peningkatan mutu guru sekolah dan guru-guru agama, paramedis serta pemberian insentif bagi mereka. Selain itu, perlu mengelola sumber daya alam (SDA), agar mampu member manfaat bagi masyarakat secara luas dan mengentas kemiskinan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Langkah berikutnya, lanjut ABS,  adalah percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, pembinaan dan pemahaman, penghayatan dan pengalaman agama bagi para pemeluknya, serta percepatan pembangunan daerah dengan meningkatkan sumber daya pelaku ekonomi di masyarakat.

Melengkapi obsesi menjadi Kota Lima Dimensi, tegas ABS, para stake holder Balikpapan menjadikan daerahnya sebagai Kota MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exibition).

“Keinginan ini sejak lama digagas dan sekarang sudah kelihatan hasilnya. Sebagai warga Balikpapan kita hendaknya maklum, bahwa untuk mewujudkan Kota MICE itu harus memiliki 3 syarat. Yakni, memiliki bandara bertaraf internasional, memiliki fasilitas akomodasi, sarana dan prasarana penginapan yang berstandar internasional dan lainnya. Alhamdulillah, sebagian besar syarat tadi, kini sudah dimiliki Balikpapan,” ungkapnya.

Yang harus diantisipasi, Kota MICE membuat banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, masuk ke kota ini. Perlu dijaga dampak globalisasi yang datang begitu cepat yang imbasnya bisa saja terjadi pada masyarakat Balikpapan.  Tugas sebagai Kota MICE meminimalisir dampai negatif, banyaknya orang yang berkunjung dan mengambil segala hal yang bermanfaat.

Obsesi Balikpapan menjadi Kota Lima Dimensi, kini mulai terlihat hasilnya. “Tidak ada kata akhir meraih cita-cita. Tinggal bagaimana memaksimalkan semua potensi, agar mampu melangkah cepat dalam mewujudkan obsesi itu,” pungkas ABS yang kini memimpin Partai Berkarya Kaltim dan maju sebagai calon anggota legislatif untuk DPRD Kaltim.(*)

Penulis : RUDI R. MASKUR
Editor : RUDI R. MASYKUR

Tinggalkan Komentar