Peran PKK Komam Dalam Pencegahan Penyakit Stunting di Paser

Tana Paser, Gerbangkaltim.com – Tim PKK Kecamatan Muara Komam Kabupaten Paser memiliki andil dan peran dalam mencegah munculnya penyakit stunting dengan kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat yang ada di wilayahnya.

Ketua Tim PKK Muara Komam Lingga Yuniar mengatakan penyuluhan dan pembinaan secara aktif dilakukan kader PKK Muara Komam dengan melibatkan stakeholder dan pemangku kepentingan yang ada di daerah itu. 

“Alhamdulillah program penyuluhan pencegahan penyakit stunting sudah dilakukan, dan ini menjadi poin penilaian sehingga kami menjadi Juara Umum pada HKG tahun ini,” kata Lingga di Tanah Grogot.

Stunting atau kekerdilan adalah kondisi dimana balita memiliki panjang  atau tinggi badan lebih  kurang jika dibandingkan dengan umurnya, atau tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan orang lain pada umumnya.

Program penyuluhan stunting kata Lingga merupakan program PKK Kaltim, khususnya Paser guna mewujudkan Kaltim bebas penyakit stunting tahun 2020.
“Karena pada tahun 2020 kami bercita-cita Kaltim bebas dari stunting. Oleh karena itu peran PKK sangat penting karena ini masuk dalam program 10 pokok PKK,” kata Lingga.

Untuk  menanggulangi masalah Stunting PKK Komam secara aktif perlu bekerja sama dengan instansi terkait baik itu kegiatan pendataan hingga penyuluhan dan sosialisasi.

“Begitu juga dengan PKK Provinsi Kaltim dan kabupaten atau instansi terkait untuk memberikan pelatihan- pelatihan kepada para kader PKK yang ada di kecamatan, kelurahan dan Desa tentang stunting dan bagaimana mencegah stunting sehingga para kader TP PKK memiliki bekal untuk melakukan penyuluhan dengan masyarakat,” kata Lingga.

Kader PKK Muara Komam Sisna Damayanti selaku kader yang aktif menyosialisasikan tentang penyakit stunting ini mengatakan bahwa masyarakat perlu diberikan sosialisasi terkait penyebab dari penyakit stunting.

“Penyebab Stunting bisa karena faktor gizi buruk, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan  dan gizi sebelum dan sesudah melahirkan, terbatas layanan kesehatan dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi,” katanya.

Dalam sosialisasi yang dilakukan, masyarakaat diberi pengetahuan tehadap gejala stunting diantaranya pertumbuhan tubuh dan gigi melambat, wajah tampak lebih muda dari usianya, dan anak menjadi pendiam di usia 8 sampai 10 tahun.

Dampaknya mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, postur tubuh tak maksimal saat dewasa dan saat tua beresiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.

“Makanya pencegahan dilakukan dengan pemenuhan asupan gizi yang cukup saat hamil dan setelah melahirkan, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan pemberian imunisasi kepada anak serta membiasakan hidup sehat” pungkas Sisna. (MC Kabupaten Paser)

Tinggalkan Komentar