Peringatan Isra Miraj 1445 H, Momentum untuk Evaluasi Diri dan Meningkatkan Kecintaan Kepada Rasulullah SAW
Oleh : Kasrani Latief
Sekretaris DPMD Kabupaten Paser
TANGGAL 27 Rajab merupakan hari penting di dalam kalender Islam. Sebab pada hari itu terjadi peristiwa besar Isra Mikraj yang menghasilkan perintah salat lima waktu.
Dalam peristiwa Isra Mikraj yang diperkirakan terjadi antara tahun 620-621 Masehi, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan diangkat ke Sidratul Muntaha menemui Allah. Alqur’an mengabadikan momen ini dalam ayat pertama Surat Al-Isra’.
Di berbagai negara mayoritas muslim, peringatan Isra Mikraj dilakukan setiap tahun terutama negara seperti Palestina, Chechnya, hingga negara di kawasan Maghreeb Afrika Utara.
Di Indonesia, masing-masing suku memiliki tradisi peringatan Isra Mikraj sendiri sebagaimana Rejeban Peksi Buraq di Yogyakarata, Nganggung di Bangka Belitung, Rejeban di Cirebon, Nyadran dan lain sebagainya.
Tahun ini, kaum muslimin memperingati peristiwa agung Isra Mikraj pada 27 Rajab 1445 Hijriyah atau bertepatan dengan Kamis, 8 Februari 2024. Alquran sendiri menyampaikan keagungan Isra Mikraj dalam ayat pertama Surat Al-Isra.
Isra Mikraj setidaknya memiliki tiga makna nilai inklusif bagi kehidupan kemanusiaan dan semesta yang terjabarkan sebagai berikut :
Makna pertama, adalah makna kekuasaan. Isra Mikraj Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga Sidratul Muntaha, mengandung pesan bahwa di atas pencapaian ketinggian ilmu manusia, masih ada kekuatan ilahiyah yang tidak selalu bisa dirasionalisasi oleh pencerapan dan ilmu pengetahuan manusia.
Makna kedua adalah makna diwajibkannya ibadah salat bagi umat muslim dalam peristiwa Isra Mikraj. ibadah salat memiliki dua dimensi pesan. Yakni hubungan manusia dengan Tuhan (habluminallah) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (habluminannas).
Makna ketiga adalah dijalankannya dua risalah Nabi setelah Isra Mikraj. Dua risalah itu adalah risalah menyempurnakan akhlak beserta risalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dua risalah ini mengandung makna bahwa Islam membangun peradaban sekaligus membangun keadaban.
Untuk itu mari kita umat muslim, senantiasa mencontoh akhlak mulia nabi dengan tutur-tindakan yang berkeadaban di dunia nyata ataupun di media sosial sembari menebar rahmat bagi lingkungan di mana kita berada. bawalah Islam betul-betul menjadi rahmat bagi semesta alam bukan hanya dalam retorika dan ujaran, tetapi dalam tindakan dan keteladanan.
Karena itulah dalam kehidupan kebangsaan, Isra Mi’raj ini harus dimaknai sebagai momentum memperkuat silaturahmi guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam melaksanakan program pembangunan. Dengan peringatan Isra Miraj meningkatkan derajat bangsa ini lebih tinggi melalui penguatan relasi spiritual dan relasi sosial kemanusiaan.
Sebagai penutup, Peringatan Isra Mi’raj, momentum untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW untuk selalu mengevaluasi diri, sebagai umat Rasulullah SAW. Hendaknya kita dapat mewarisi semangat dan misi kenabian Muhammad untuk menjadikannya sebagai motivator dan inspirator dalam kehidupan kita, baik dalam bertindak dan bertingkah laku.(****)
BACA JUGA