Perjalanan Tim Media Center Paser ke Gunung Boga Berselimut Embun

PASER, Gerbangkaltim.com – Gunung Boga, atau yang dikenal dengan bukit embun, saat ini sedang ramai diperbincangkan. Gunung yang berada di Desa Luan Kecamatan Muara Samu Kabupaten Paser, Kalimantan Timur itu, belakangan ini ramai dibicarakan masyarakat. Di media sosial lokasi itu kerap dijadikan tempat swafoto.

Pengunjung juga bisa melihat dari dekat kumpulan awan, laksana berada di negeri awan, demikian orang-orang menyebut objek wisata itu.  Apalagi, puncak gunung itu masuk dalam nominasi anugerah pesona Indonesia kategori dataran tinggi terpopuler, sebuah penghargaan yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.  Tim Media Center Kominfo Paser berkesempatan menelusuri perjalanan menuju puncak  itu.

Perjalanan dimulai pada Sabtu (25/07/2020) sore dan menginap di salah satu rumah warga setempat. Kemudian baru bisa berada di ketinggian puncak pada keesokan harinya. Perjalanan menuju puncak gunung Boga, bisa dilewati melalui simpang tiga Lolo, sekitar 30 menit perjalanan dari Tanah Grogot. Sesampainya di simpang tiga tersebut, bisa berbelok  ke arah kiri, hingga sampai pada sebuah desa, bernama Desa Luan. 

Butuh waktu sekitar 45 menit dari simpang Lolo ke desa itu. Tim media center tiba di Desa Luan. Dari kejauhan puncak gunung Boga sudah terlihat. Masih ada perjalanan sekitar 10 menit untuk bisa sampai di sana. Butuh tenaga ekstra untuk bisa tiba di puncak gunung itu. Karena merasa kelelahan, tim pun berhenti sejenak untuk beristirahat di salah satu rumah warga setempat. Setelah cukup, kemudian melanjutkan perjalanan. 

Jalanan bebatuan menyambut. Angin malam berhembus kencang saat menuju puncak. Medan jalan yang licin membuat pengendara sepeda motor harus berhati-hati. Setelah bersusah payah, akhirnya tim MC tiba di ketinggian, dan menyempatkan mampir pada sebuah warung sederhana, untuk beristirahat. 

“Saya berjualan kopi seharga Rp5.000, mi Rp6.000 dan soto Rp10.000,” kata Misnawati, pemilik warung. Misnawati mengakui pendapatannya bertambah sejak terkenalnya gunung Boga ini. Walaupun saat COVID-19, saat malam minggu pendapatannya bisa mencapai Rp3.600.000,00. Hanya Misnawati yang berjualan di bukit Boga, tidak ada penjual lain karena mereka masih berhati-hati pada masa pandemi ini.

Selama dia berjualan di gunung Boga tidak ada keluhan dari pembeli. Warung Misnawati buka 24 jam, dia bergantian dengan suaminya untuk berjaga. “Tanggal 18 Juli dagangan habis semua, biasanya pengunjung tiba jam 03.00 pagi,” kata dia. 

Misnawati harus turun ke Tanah Grogot untuk membeli bahan jualan. Setelah jualan malam, paginya ke Tanah grogot untuk beli bahan, lalu sorenya kembali lagi ke Gunung Boga. Dia mengaku dengan kepopuleran Gunung Boga hampir tiap hari wisatawan datang, dan yang paling jauh berasal dari Bontang. “Wisatawan yang belanja paling jauh berasal dari Bontang, ke sini untuk menikmati keindahan Gunung Boga,” tutup Misnawati. 

Supriansyah juru parkir di Gunung Boga mengatakan, pengunjung paling padat ketika malam minggu. “Karena COVID-19 wisatawan sedikit berkurang, dan paling padat Sabtu malam,” kata dia. Parkir motor dikenakan tarif Rp5.000, sedangkan mobil Rp10.000. Selain itu menurut dia, kepadatan wisatawan ini mengakibatkan Gunung Boga memerlukan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

“Karena kepadatan wisatawan kami memerlukan tempat sampah dan akses jalan yang bagus,” ungkap dia. Di tahun 2019 wisatawan Gunung Boga mulai ada, akan tetapi pengunjung terhenti akibat COVID-19 dan sengketa dengan perusahaan.

“Sekarang mulai stabil lagi, dan pengunjung mulai padat lagi,” tutup Supriansyah. Di puncak gunung, pengunjung bisa menikmati minuman dan makanan di warung sederhana milik warga setempat. Warung itu tempat yang biasa disinggahi wisatawan yang datang ke puncak gunung. 

Di warung itu wisatawan bisa menikmati minuman hangat dan makanan ringan. Menikmati puncak gunung dengan kumpulan awan. “Ngopi di negeri di atas awan. Tak berlebihan jika kami menyebutnya demikian. Karena setelah kami turun dari puncak, kami sangat merindukan momen itu dan entah kapan kami bisa kembali berada di sana,” tutup tim MC. (ADV/MC Kominfo Paser)

Tinggalkan Komentar