Rhizophora si Raksasa Hijau Benteng Kilang Pertamina di Balikpapan

mangrove di kilang balikpapan
Deretan mangrove yang ditanam tak jauh dari Kilang Pertamina di Balikpapan. (Foto: M. Hilmansyah)

BALIKPAPAN, Gerbangkaltim.com,– Kilang Pertamina Balikpapan berada di kawasan seluas 313,64 hektare membentang dari Barat hingga ke Timur  di Jalan Yos Sudarso berada di dua Kelurahan yakni Mekar Sari, Balikpapan Tengah dan Prapatan, Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Saat ini kilang Pertamina Balikpapan tengah dalam proses Refinery Development Master Plan (RDMP) project atau proyek pengembangan kilang dengan luasnya yang mencapai 80,64 hektare. Proyek ini akan selesai pada tahun 2025 mendatang. Keberhasilan pengembangan mega proyek ini diharapkan dapat memenuhi target Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2030 untuk mewujudkan kemandirian ekonomi Indonesia, terutama dari sisi produksi minyak domestik.

Selain itu, melalui proyek ini kapasitas produksi Kilang Pertamina Balikpapan akan naik dari 260 ribu barrel per hari (kbph) menjadi 360 ribu barrel per hari (kbph) dan menghasilkan produk kualitas Euro V, yaitu produk minyak yang lebih ramah lingkungan dan berkualitas dengan tingkat konsumsi yang lebih hemat.

Luasnya kawasan Kilang Pertamina Balikpapan ini menjadi perhatian tersendiri, agar kelestarian lingkungannya juga bisa tetap terjaga. Apalagi kilang ini tepat berada di bibir kawasan pesisir Pantai Teluk Balikpapan. Kawasan ini merupakan wilayah pasang surut di garis pantai tropis dan subtropis tempat mangrove tumbuh subur. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pertamina. Bagaimana Kilang Pertamina Balikpapan bisa tetap beroperasional dengan baik, dan disisi lainnya tanaman mangrove juga bisa tumbuh hidup subur secara berdampingan.

Junior Officer Enviroment PT Kilang Pertamina Internasional Unit Balikpapan, Andika Febri Yaya Syah Putra mengatakan, total kawasan hutan mangrove yang mengelilingi Kilang Pertamina Balikpapan mencapai 4.450 meter persegi.

“Kami menargetkan penanaman mangrove di are kawasan sekeliling kilang, sebanyak 1000 bibit, dan terus akan bertambah,” ujar Andika Febri Yaya Syah Putra kepada Gerbangkaltim.com, Jum’at (4/10/2024).

Dikatakannya, untuk tanaman mangrove yang ditanam di area Kilang Pertamina Balikpapan tersebut adalah jenis Rhizophora apiculate atau bakau minyak. Bibit yang ditanam ini, berasal dari penggiat bibit lokal dan warga sekitar Kelurahan Margasari, Balikpapan Barat.

“Penanaman mangrove ini sudah kami mulai sejak Desember 2023 lalu. Diawali dengan penanaman sebanyak 400 bibit,” jelasnya.

Eksosistem Mangrove Sebagai Habitat Berbagai Spesies

mangrove2

Menanam mangrove.

Andika Yaya sapaan akrabnya mengatakan, kegiatan penanaman mangrove di area kawasan Kilang Balikpapan tersebut sebagai upaya untuk pelestarian ekosistem mangrove yang sejatinya sudah ada sejak dahulu. Sebelum kilang dibangun di kawasan tersebut sudah tumbuh mangrove.

Tanaman mangrove ini juga dapat berfungsi untuk melindungi garis pantai dari kerusakan. Akar mangrove yang kuat dan padat dapat menahan gelombang laut. Selain itu juga mencegah erosi pantai, dan melindungi daratan dari abrasi.

Kawasan ini juga merupakan habitat yang ideal bagi berbagai spesies, seperti ikan, udang, kepiting, dan burung. Bahkan monyet dan bekantan yang merupakan flora khas Kalimantan banyak mencari makanan pada pucuk-pucuk mangrove. Di samping itu mamalia laut lainnya juga menyenangi habitat mangrove. Keberagaman hayati ini menunjukkan  ketergantungannya pada ekosistem mangrove yang sangat tinggi.

“Keberadaan habitat berbagai spesies ini tentunya akan menjadi nilai ekonomis bagi warga, karena ikan, udang, kepiting, burung, dan mamalia laut akan menjadi sumber pangan bagi warga. Disisi lain kayunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, termasuk buahnya,” jelasnya.

Mampu Mengurangi Emisi Karbon

mangrove3

Mangrove yang mulai tumbuh dengan latar belakang kilang Pertamina Balikpapan.

Andika Yaya mengakui untuk Kilang Pertamina Balikpapan sendiri, ekosistem hijau mangrove ini dapat menyerap carbon yang ada di udara bebas. Berdasarkan hitungan, untuk satu hektare mangrove dapat menyerap emisi carbon sebanyak 3.850 ton karbon dioksida (CO2).

“Nah, jika dikonversikan kepada kendaraan, maka penyerapan CO2 sebanyak 3.850 ton itu setara dengan 2.680 unit kendaraan yang sedang berlalu lalang, selama satu tahun,” jelasnya.

Harapannya, penanaman mangrove ini dapat membantu Pemerintah dalam memenuhi target pengurangan emisi karbon sebesar 912 juta ton CO2 atau sebesar 32 persen pada tahun 2030 mendatang. Hal ini termaktub dalam Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC).

Disisi lain, jelas Andika Yaya, jika mangrove tersebut sudah tertanam dan tumbuh menjadi ekosistem, maka secara otomatis akan menjadi buffer zone bagi Kilang Pertamina Balikpapan.

“Ini nantinya secara visual, akan terlihat seperti benteng hijau yang mengeliling area Kilang Pertamina Balikpapan dan pemukiman warga di sekitar kilang,” tegasnya.

Penanaman Mangrove Menggunakan Metode Planter Bag Pot

mangrove 4

Sistem penanaman mangrove.

Pengiat Mangrove Kota Balikpapan, Agus Bei mengatakan, untuk menanam mangrove di kawasan area Kilang Pertamina Balikpapan memiliki tantangan tersendiri. Kawasannya tidak standar, atau tidak berada di kawasan yang memungkinkan untuk dilakukan penanaman.  Lokasinya berada di kawasan pasang surut yang ekstrem. Untuk itu perlu dibuat sebuah metode penanaman tersendiri dengan menggunakan planter bag pot.

“Metodenya adalah bagaimana melakukan penanamannya dengan menaikan subtrat-nya. Sehingga tanaman mangrovenya bisa tumbuh dengan maksimal. Kita sudah buat contoh di kawasan SMPN 25, dan alhamdulillah sudah bisa berkembang 99 persen,” tukasnya.

Kedepan, katanya, untuk pola penanaman mangrove tersebut harus diubah. Tidak hanya mengejar kuantitas saja. Namun harus mengejar kualitasnya. Sehingga penanaman mangrove tidak dilakukan berulang-ulang. Ini akan menghemat waktu dan biaya.

“Dalam perawatannya, diperlukan pelibatan partisipasi masyarakat sekitar,” ucapnya.

Khusus penanaman mangrove di area Kilang Pertamina Balikpapan, katanya, diperlukan planter bag pot berukuran 140 liter karena diperlukan ketinggian subtrat-nya satu meter agar bisa tumbuh maksimal. Sebab jika ukurannya di bawah itu, dipastikan tidak bisa berkembang dengan baik. Akibat terlalu banyak serapan air.

“Selain itu, tanaman mangrovenya juga bisa dijangkiti teritib (hama air, Red), mengalami pembusukan dan terganggu sampah laut,” tukasnya.

Agus Bei selaku penerima penghargaan Kalpataru di bidang Perintis, Pengabdi, Penyelamat dan Pembina lingkungan tahun 2017 ini menambahkan, gelombang kawasan area kilang yang ditanam mangrove ini memiliki karakteristik gelombang ayun. Untuk itu bibit tanaman perlu dibantu dengan ajir atau tonggak.

“Jika tanaman ini hidup selama 7 tahun, maka tanaman mangrove ini dinyatakan berhasil tumbuh karena akar tunjang sudah kuat menopang pohonnya,” tutupnya.

Warga Sekitar Merasa Lebih Aman dan Nyaman

mangrove5

Ramai-ramai menanam mangrove.

Sementara itu, salah seorang warga Kelurahan Margasari, Balikpapan Barat, Abdurahman mengatakan, sudah puluhan tahun tinggal di kawasan yang berbatasan langsung dengan Kilang Pertamina Balikpapan. Dengan adanya hutan mangrove yang membatasi pemukiman warga dengan kilang, warga merasa sangat senang, merasa aman dan nyaman.

“Dulu saat tanamannya masih belum tumbuh, kami kerap khawatir. Jika terjadi sesuatu di kilang, maka dampaknya akan langsung ke pemukiman warga. Kini kami merasa aman” jelasnya.

Abdurahman menambahkan, setelah kawasan buffer zone itu telah ditanam mangrove dan tanamannya mulai tumbuh, warga merasa udara di sekitar pemukiman semakin segar. Pemandangannya tampak hijau dan kekhawatiran akan dampak musibah di kilang juga jadi berkurang.

“Kawasan hutan mangrove ini, jadi sekat api yang bisa menghambat api jika terjadi kebakaran merambat ke pemukiman warga, meskipun hal tersebut tidak kami harapkan, tapi kan mungkin saja terjadi,” ungkapnya.

Disisi lain, katanya, ada kegiatan ekonomi yang bisa dibangun dari kehadiran hutan mangrove tersebut, karena warga bisa memancing ikan, mencari kepiting yang berada di kawasan ekosistem mangrove tersebut.

“Kita juga bisa manfaatkan buah mangrove untuk bahan makanan seperti membuat kue dan lainnya dan juga sebagai bahan obat-obatan yang sudah dikenal sejak jaman nenek moyang kami seperti untuk obat diare, disentri dan luka bakar, “ tutupnya. ***

Tinggalkan Komentar