Sejarah Masjid Jakarta Islamic Centre, Tempat Ibadah yang Terbakar dan Ambruk Rabu Sore

Jakarta, GerbangKaltim.com – Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) yang merupakan Masjid Raya Provinsi DKI Jakarta adalah mahakarya keberhasilan perubahan struktur sosial.

Sebelumnya, tempat tersebut merupakan tempat resosialisasi WTS Kramat Tunggak, salah satu lokalisasi ternama di Indonesia.

Jakarta Islamic Centre merupakan satu kompleks terpadu pengembangan Islam, terdiri dari masjid, gedung pendidikan dan latihan, serta kompleks bisnis yang meliputi hotel, convention hall, dan perkantoran.

Jakarta Islamic Centre dipastikan akan menjadi landmark wisata rohani di Jakarta.

Menurut arsiteknya, Ahmad Noe’man, bentuk bangunan masjid memanifestasikan sifat-sifat keperkasaan (Al-Jabbaru), kemegahan (Al-Muktabbiru), dan keindahan (Al- Lathiif).

Keperkasaan terasa dari bangunan yang tinggi menjulang, kemegahan diinterpretasikan oleh bentangan kubah sepanjang 68 meter tanpa tiang-yang merupakan bentangan tanpa tiang terbesar se-Asia Tenggara- dan keindahan diperoleh dari visual keseluruhan bangunan.

Bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Lantai dasar digunakan untuk ruang fungsional kegiatan seperti kantor-kantor dan perpustakaan, sedangkan lantai atas yang merupakan ruang shalat terdiri dari mezzanine dan ruang utama.

Ketika memasuki ruang utama masjid, perhatian akan terfokus pada kubah yang sangat besar dengan ornamen dua belas lampu gantung berbentuk kipas Betawi memutari ruang shalat utama. Sebuah kombinasi dekorasi yang amat indah.

Bagian kubah dikelilingi elemen kaca patri berbentuk tanda panah ke atas, bermakna hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Elemen ini memberikan sinar terang pada siang hari jika dilihat dari dalam ruangan, dan sebaliknya, menjadi penegas karakter kubah pada malam hari jika dilihat dari luar. Sebuah karya yang sangat cerdas.

Bahan dasar kubah adalah tembaga yang dapat berubah warna secara alami bersamaan dengan proses oksidasi.

Pada awalnya kubah berwarna kuning kemerahan dan akhirnya akan berwarna hijau. Proses pewarnaan alamiah ini juga digunakan di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Dekorasi interior ruang utama diisi dengan kaligrafi bergaya kufik. Ayat- ayat yang ditampilkan diantaranya adalah QS. Al-Baqarah: 255 di bagian mezzanine depan, QS. An-Nuur: 35 di mezzanine belakang, QS. Al-A’raf: 55 di kanan mihrab, dan QS. Al- Mu’minuun: 1-2 di sebelah kiri mihrab.

Suasana ala Timur Tengah dapat dirasakan dari pemilihan warna bangunan yang terdiri dari abu-abu sebagai warna dasar yang menginterpretasikan warna langit, kuning di bagian detail dekorasi bangunan yang bermakna sinar matahari, serta kombinasi hijau dan biru yang memiliki filosofi sebagai warna hutan dan lautan.

Sebuah menara setinggi 114 meter terletak di sebelah timur laut bangunan masjid. Tinggi menara ini menyimbolkan jumlah surat dalam Al- Quran.

Selain sebagai tempat mengumandangkan suara azan, menara tinggi menjulang tersebut berfungsi sebagai landmark (penanda) lingkungan sekitar Jakarta Islamic Centre.***

Sumber: DuniaMasjid.com

Tinggalkan Komentar