Sungai Kandilo: Sumber Kehidupan Kita dan Tantangan Calon Direktur Perumda Tirta Kandilo

Oleh : Achmad Safari*)

Empat orang kandidat direktur Perumda Tirta Kandilo telah menjalani ujian tulis kompetensi untuk mengukur kelayakan mereka memimpin perusahaan daerah milik Pemerintah Kabupaten Paser ini. Bukan sebuah pekerjaan yang gampang bagi siapapun yang nantinya dipercaya untuk menahkodai perusahaan itu lima tahun kedepan.

Tulisan kali ini tidak menyoroti latar belakang profil mereka. Namun saya mencoba memberikan gambaran bahwa siapapun yang akan menjadi direkturnya, akan menghadapi permasalahan yang cukup rumit terkait kualitas air sungai sebagai sumber bahan baku air bersih.

Berdasarkan hasil pengambilan sampel air sungai yang telah diuji pada laboratorium, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Paser memiliki data bahwa mayoritas sungai yang diambil sampelnya menunjukkan keseragaman tingginya kandungan unsur zink / seng (Zn) dan timbal (Pb). Disamping itu beberapa titik uji juga menunjukkan tingginya kandungan klor (Cl), nitrit dan amonia.

Keberadaan unsur logam di alam terbagi menjadi dua. Logam berat esensial, yaitu unsur logam yang dalam jumlah tertentu keberadaan diperlukan dalam tubuh, namun jika melebihi akan bersifat racun, misalnya unsur Zink (Zn). Sedangkan kelompok kedua adalah logam berat non esensial, dimana manfaatnya bagi tubuh belum dapat diketahui bahkan ada yang bersifat racun, misalnya timbal (Pb).

Melihat hasil analisa laboratorium terhadap sampel air sungai di Kabupaten Paser, maka sudah selayaknya kita lebih waspada dan memberikan perhatian terhadap upaya untuk menurunkan dan meminimalisir dampak negatif nya terhadap kelangsungan hidup manusia yang mengkonsumsi. Terlebih kita sangat mengandalkan pasokan air bersih dari hasil olahan Perumda Tirta Kandilo.

Menelisik jenis logam berat yang terdapat di sungai, maka dugaan besar keberadaan dan keterlarutan unsur-unsur logam tersebut berasal dari aktivitas pemupukan. Sebagai mana kita ketahui bersama, mayoritas lahan kita di Kabupaten Paser didominasi oleh perkebunan kelapa sawit dan pertanian padi sawah. Keduanya menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman budidayanya. Dan sayangnya hampir tak ada jarak antara tepi sungai dengan sawah dan kebun sawit tersebut.

Sempadan sungai sebagai area pemisah antara sungai dan daratan telah banyak yang beralih fungsi menjadi hamparan perkebunan, persawahan maupun perumahan. Tak ada lagi ruang hijau yang berfungsi untuk memfilter dan menahan partikel air hujan yang membawa butiran tanah serta pupuk yang ikut terlarut. Semuanya langsung masuk ke dalam perairan sungai.

Penggunaan pupuk tak mengikuti saran aplikasinya juga menjadi penyebab tingginya kandungan logam berat di sungai. Sebagian petani bahkan perusahaan perkebunan tidak mampu mengaplikasikan pupuk secara tepat guna dan tepat waktu.

Kita kesampingkan mengenai tidak tepat dosis, karena mahalnya harga pupuk menyebabkan mayoritas petani dan pelaku usaha mengaplikasikan pupuk dibawah dosis anjuran. Namun akibat ketidakpahaman cara aplikasi dan waktu aplikasi yang tepat mengakibatkan banyak volume pupuk tak efektif diserap kedalam tanah, sehingga ikut terbawa oleh erosi tanah hingga ke perairan sungai.

Keberadaan unsur logam berat tersebut juga dapat ditimbulkan dari pemakaian deterjen oleh rumah tangga. Deterjen menjadi kebutuhan bagi setiap keluarga dan semua keluarga pasti menggunakannya sehari hari.

Kebanyakan deterjen yang kita gunakan masih belum ramah lingkungan, masih mengandung logam berat yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan hidup khususnya menjadi sumber pencemar bagi sumber air masyarakat, terlebih lagi sungai.

Disinilah peran dan kepiawaian manajemen dan komunikasi direktur diperlukan. Karena penanganan dan peningkatan kualitas air sungai bukan menjadi kewenangan Perumda Tirta Kandilo secara institusi, namun sebagai pengguna dan penyedia layanan air bersih keberadaan air sungai yang berkualitas menjadi kebutuhan yang sangat mutlak untuk dihadirkan.

Seorang direktur harus mampu merangkul semua komponen stakeholder yang berkaitan untuk bersama-sama mengedukasi masyarakat serta pelaku usaha, bersinergi mengembalikan fungsi lingkungan pendukung agar mampu menjadi filter bagi masuknya substrat kedalam sungai.

Direktur juga dituntut untuk mampu membuat terobosan pelayanan. Misalnya mencari cara agar pengolahan air bersih tak mengeluarkan ongkos produksi secara besar. Tidak menggunakan bahan kimia dalam jumlah besar untuk menjernihkan air sungai, yang hal ini dapat menjadi sumber penyakit baru bagi konsumen dalam jangka panjang. Misalnya dengan melakukan pencampuran antara air sungai dengan air dari sumber yang masih bagus kualitasnya, seperti air dari mata air pegunungan hutan lindung yang ada di Kabupaten Paser.

*) Pemerhati lingkungan hidup di Kabupaten Paser Kalimantan Timur

 

 

Tinggalkan Komentar