Tahun 2024, Balikpapan Turunkan Angka Stunting Jadi 14 Persen

Pemkot Balikpapan
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan Alwiati

Balikpapan, Gerbangkatim.com – Pemkot Balikpapan menargetkan akan menurunkan angka stunting di Kota Balikpapan dari saat ini masih diangka kisaran 19 persen menjadi 14 persen setelah nantinya dilakukan intervensi terhadap kasus tersebut.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan Alwiati mengatakan, jadi saat ini pihaknya masih terus berupaya menurunkan laju penderita stunting sebesar 5 persen. Dari data yang ada asus stunting terbanyak terdapat di Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara.

“Jadi kami akan terus gencar melakukan kegiatan sosialisasi tentang penyakit stunting ini, dengan melakukan intervensi melalui program dapur sehat anti stunting,” ujarnya, Rabu (8/11/2023).

Dikatakannya, dalam program dapur sehat anti stunting ini, pihaknya akan memberikan edukasi terhadap kader Posyandu dan ibu rumah tanggal bagaimana cara mengolah makanan yang gizinya tercukupi.

“Jadi di program dapur sehat anti stunting ini, kader-kader dan ibu akan diajarkan bagaimana cara mengolah makanan agar gizinya tercukupi,” tegasnya.

Alwi menjelaskan, sebenarnya pihaknya sebenarnya sudah memberikan bantuan serta memberikan edukasi tentang cara penanganan stunting tersebut. Namun sampai saat ini yang jadi pertanyaan adalah kenapa tidak penurunan yang signifikan.

“Kita sudah ajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, tapi angkanya masih tinggi,” ucapnya.

Menurut Alwiati, pihaknya juga telah mengajukan alokasi anggaran untuk melakukan intervensi untuk kasus stunting pada pembahasan APBD Perubahan Tahun 2023 kemarin. Dan saat ini pihaknya sudah melakukan intervensi terhadap lebih kurang 100 anak dengan nilai anggaran mencapai Rp 270 juta.
Alwiati mengungkapkan, pihaknya saat ini juga masih menunggu hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang dijadwalkan akan mulai dilaksanakan pada Agustus kemarin.

“Kami masih menunggu hasil SSGI, karena berdasarkan data E-PPGBM (Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dari cuma 10 persen sementara data dari SSGI itu 19 persen,” tukasnya.

Sementara itu, Dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), juga telah memberikan pelaksanaan survei yang dilaksanakan benar-benar digiring dan dianalisis sebelum data tersebut diumumkan.

“Jadi tidak diminta secara mentah-mentah saja. Jadi harus tahu mereka ke mana saja dan data apa saja yang dimasukkan,” tutupnya.

Tinggalkan Komentar